Pagi yang cerah disambut senyuman indah. Ghea menuruni anak tangga dan bersiap menyantap menu sarapan yang disiapkan oleh Bi Jum. Ghea duduk di kursi dengan deret meja makan yang masih kosong. Suatu hari dimana ia belum menemui sosok kedua orang tuanya. Seusai pulang dari warung makan Bu Euis kemarin, Ghea belum mendapati kedua orang tuanya di rumah.
"Bi, Ayah sama Bunda kemana, ya?" tanya Ghea penasaran.
"Oh, iya Non, Tuan dan Nyonya titip pesan pada Bibi bahwa mereka harus menghadiri undangan rekan bisnis Tuan di Surabaya. Tuan juga titip pesan agar Non Ghea tidak memaksakan diri untuk bekerja jika keadaan Non Ghea belum pulih sempurna," jelas Bi Jum.
"Loh, berangkat kapan, Bi? Kenapa Bunda ngga bilang apa-apa, ya," ujar Ghea.
"Kemarin, Non. Sewaktu Non Ghea sedang pergi bersama Mas Gavin. Nyonya juga sudah menghubungi Mas Gavin kemarin. Menitip pesan untuk menjaga Non Ghea selama Tuan dan Nyonya di luar kota," terang Bi Jum.
"Hah? Memangnya Bunda dapat nomor Gavin dari mana, Bi?"
"Kurang tau, Non. Tapi Bibi juga dengar langsung Nyonya menelpon Mas Gavin kemarin," kata Bi Jum.
"Ya sudah kalau begitu. Bibi ke dapur ya, Non. Silakan dihabiskan dulu sarapannya," tambahnya.
"Siap, Bi. Terima kasih," balas Ghea.
Ghea menyantap menu sarapan yang ada di hadapannya dengan santai. Melahap bagian demi bagian hingga tak tersisa. Ghea sesekali juga mengecek layar ponselnya memastikan tidak ada pesan yang terlewat ia baca. Tak lama setelah itu, sebuah panggilan masuk mengejutkan Ghea.
"Iya, halo."
[Ghe, aku sudah dekat dengan rumahmu]
"Oh, ya. Aku segera keluar."
[See you]
"See you too."
Singkat, jelas dan berarti banyak bagi Ghea saat ini. Setiap kali nama Gavin mengisi layar ponselnya, Ghea slalu tersipu malu seolah Gavin benar sedang memperhatikan dirinya. Begitu juga saat sebuah mobil mendarat di depan gerbang rumahnya dengan pria tampan di dalam yang melambai ke arahnya. Bergegas Ghea berjalan menghampiri pria tersebut. Tak ingin ia menunggu terlalu lama. Hingga akhirnya sebuah percakapan dalam mobil tercipta saat menyenangkan.
"Nama lengkapmu siapa ya, Ghe?" tanya Gavin mengawali.
"Ghea Queensya Anjani," jawab Ghea.
"Baiklah," balas Gavin.
"Memangnya kenapa tanya-tanya nama lengkapku?" selidik Ghea.
"Siapa tau berjodoh. Paling tidak aku sudah hafal namamu untuk ku ucap pada sakralnya akad nikah," jawab Gavin membuat Ghea semakins alah tingkah dibuatnya.
"Ah, kamu. Bisa saja," sahut Ghea.
"Ghe, aku mau tanya serius," ucap Gavin.
"Ya Tuhan, apalagi kali ini?" rengek Ghea dalam hatinya.