"Besok aku aja yang antar jemput kamu ke kantor, ya," ujar Gavin saat mengantar Ghea sampai ke depan pintu rumahnya.
"Gamau ngerepotin, Vin," balas Ghea.
"Aku dititipi pesan juga sama bundamu. Selain itu, aku takut Karel ganggu kamu gara-gara aku," jelas Gavin.
"Masuk dulu, yuk. Aku mau bicara," pinta Ghea.
Keduanya masuk dan mengobrol di ruang tamu. Tak lupa pula Ghea meminta Bi Jum agar membuatkan minuman untuk Gavin. Secangkir teh tawar hangat untuk Ghea dan secangkir teh manis hangat untuk Gavin.
"Vin, kok bunda bisa punya nomor kamu?" tanya Ghea mengawali pembicaraan.
"Bunda nemuin kartu nama aku di kamarmu," jawab Gavin.
"Jadi bunda juga yang kasih tau kamu soal sisa cutiku kemarin? Sampai akhirnya kamu ajak aku jalan."
"Iya. Termasuk soal tawaran untuk mengantar kamu kerja, aku udah izin sama bundamu lebih dulu sebelum nawarin sama orangnya langsung." Penjelasan yang cukup membuat Ghea tersipu malu menahan perasaannya sampai salah tingkah dibuatnya.
"Kok bunda percaya banget sama kamu, ya. Padahal bunda baru kenal kamu. Aku juga," ujar Ghea. Ungkapan itu disambut tatapan dalam dari Gavin.
"Mungkin karna bunda tau anak gadisnya ini sudah lama menjomblo haha," ledek Gavin.
"Oh gitu, berani yaa meledek. Aku serius, Vin. Bunda kok percaya banget sama kamu. Kamu kasih pelet apa?" selidik Ghea seraya menatap Gavin.
"Ghea sayang, kalau aku main pelet harusnya anaknya yang aku pelet ngapain bundanya," balas Gavin seraya mengelus kepala Ghea. Sontak itu membuat Ghea semakin salah tingkah.
"Hah? Apa? Kamu bilang apa tadi?" ujar Ghea memastikan telinganya tak salah mendengar.
"Udah itu minum tehnya. Udah dibuatin juga sama Bi Jum," ujar Gavin menghindar dari pertanyaan Ghea.
"Wah, sampe tau nama Bi Jum, ya."
"Ga cuma itu kali. Aku juga tau minumanmu itu tawar, kan? Kamu ngga terlalu suka manis untuk teh," ungkap Gavin semakin membuat Ghea bertanya-tanya.
"Wah, ngga bisa dibiarin. Dari mana kamu tau semua bocoran soal aku? Cenayang jangan-jangan," seru Ghea sambil menunjukkan telunjuknya.