Sesampainya di halaman parkir kantor Ghea, semua karyawan yang hilir mudik di halaman mengarahkan pandangan mereka pada mobil yang baru saja melenggang masuk. Mereka memperhatikan sesosok wanita dan pria dalam mobil tersebut.
"Aku baru melihat mobil ini," ujar salah seorang karyawan.
"Apa itu client baru?" tambah seorang karyawan di dekatnya.
Di samping itu, Ghea dan Gavin yang masih berada dalam mobil tak sedikitpun menghiraukan pandangan orang-orang di sekitar mereka yang sedari tadi memperhatikan.
"Vin, baiknya lukamu diobati lebih serius lagi, ya. Biar lebam-lebamnya juga hilang," ucap Ghea penuh rasa cemas.
"Iya, siap. Kamu pulang kerja jam berapa? Aku jemput, ya," timpal Gavin.
"Aku pulang jam 3. Gak perlu, Vin. Kamu Istirahat aja," balas Ghea.
"Jangan gitu, dong. Aku jadi kelihatan lemah. Baru juga luka segini," sahut Gavin.
"Sudahlah. Jangan buat aku semakin bingung cara membalas kebaikanmu," ujar Ghea sambil melepaskan sabuk pengamannya.
"Oke, tapi next time kamu harus mau aku ajak jalan, ya," pinta Gavin.
"Lihat saja nanti. Aku turun, ya. Kamu hati-hati di jalan! Jangan kebut-kebutan!" titah Ghea.
"Ghea please. Kan aku juga mau turun. Kamu lupa lagi?" balas Gavin.
"Luka-luka begitu masih tetap ketemu Pak Bagas? " ucap Ghea cemas.
"Aku sudah berjanji akan menemuinya. Janji tetaplah janji, Ghe," jawab Gavin.
"Ya udah. Tapi abis itu janji langsung pulang dan istirahat, ya!" Ghea menyodorkan kelingkingnya mengajak Gavin berjanji.
"I'm promise. Gih masuk! Rekan kerjamu sudah menunggu," kata Gavin sambil menyunggingkan senyum manisnya dan membalas sodoran kelingking Ghea.
"Manis sekali. Ya sudah, aku turun dulu. See you."
Ghea turun dari mobil Gavin. Dan benar saja, semua mata yang tertuju kepadanya sontak terbelalak. Mereka seperti ingin berucap rindu pada salah satu staf terbaik di kantor ini atas cuti sakitnya selama beberapa hari kemarin. Tentu, sosok seperti Ghea akan begitu dicari ketika kehadirannya yang nyaris tak pernah kosong, tiba-tiba terganti oleh istilah 'cuti sakit'.
"Selamat pagi, Neng Ghea," sapa salah seorang karyawan.
"Pagi, Aa Teteh. Kalian apa kabar?" ujar Ghea ramah.
"Alhamdulillah sehat, Neng. Neng Ghea sendiri bagaimana? Sudah membaik? Kami cemas saat mendengar kabar kecelakaan," sahut orang yang sama.
"Alhamdulillah seperti yang kalian lihat. Aku sudah membaik," jawab Ghea.
"Sekarang Ghea sudah mulai diantar jemput pacarnya, ya. Waduh, bisa jadi hari patah hati satu kantor, nih," timpal seorang karyawan pria di dekat Ghea.
"Ah, bisa saja. Itu bukan kekasih saya. Hanya teman. Lagi juga dia mau bertemu dengan Pak Bagas," balas Ghea.
"Waduh, maaf maaf. Saya kira pacar. Soalnya Ghea kan jarang sekali diantar pria. Ya sudah, mari masuk." Perkataan itu mengingatkan Ghea. Ya, semua yang dibilang mereka itu benar. Bukankah slama ini Ghea tidak pernah diantar pria manapun. Bahkan rekan kerjanya sekalipun tak pernah.
"Benar juga, ya," gumam Ghea lirih sambil tersenyum sendirian.