Damai Atas Luka

Nuriska Beby
Chapter #10

Cinta Pertamaku Pergi

"Ayahmu tidak naik pesawat tu kan, Ghe?" ucap Gavin berusaha memastikan.

"Cek nomor penerbangannya, Vin!" pinta Ghea lagi.

"JT1151 dengan keberangkatan pukul 06.00 WIB," eja Gavin turut sendu.

"GA MUNGKINNNNN!!!" jerit Ghea lagi. Ghea beranjak dari duduknya dan berlari ke luar cafe. Enggan membiarkan Ghea sendirian, Gavin meletakkan uang di atas meja serta memberi kode pada pelayan cafe dan berlari mengejar Ghea.

"Ghea, heyy. Tunggu."

"Ghea. Hey,, heyy. Tunggu. Mau kemana? Biar aku antar," ujar Gavin seraya memegang pergelangan tangan Ghea.

"Vin," ucap Ghea seraya menangis memeluk Gavin.

"Tenang dulu, Ghea. Aku pasti temenin kamu cari informasi akuratnya," tutur Gavin sambil mengelus kepala Ghea.

"Itu nomor penerbangan pesawat ayah, Vin. Jadwal keberangkatan ayah juga," sahut Ghea samar-samar karena menangis.

"Kita cari informasi lengkapnya dulu. Ghea harus kuat. Yuk, aku antar," ujar Ghea. Ghea harus kuat. Persis seperti pesan ayahnya. Ghea bangkit mengikuti rahan Gavin. Memasuki mobil Gavin dan menuju bandara tempat ia mengantar ayahnya pagi tadi. Jam menunjukkan pukul 08.10 dan Ghea tidak jadi pergi bekerja. Ia menulis pesan pada rekan kerjanya dan mencoba menelfon staf kantor. Mengabarkan bahwa ia meminta izin tidak bekerja karna harus kembali ke bandara. Dalam perjalanan, Gavin tak henti menggenggam tangan Ghea. Memberikan kekuatan agar wanitanya itu tetap tegar. Begitupun Ghea, ia berusaha keras untuk menahan air matanya terjatuh. Mengingat pesan ayahnya untuk jauh lebih kuat dan menguatkan bundanya. Teringat pada sang ibunda, Ghea merogoh ponsel untuk menghubungi bundangan. Dan tak lama panggilan tu terhubung.

"Assalamualaikum. Bunda, dimana?"

[Waalaikumsalam. Bunda dalam perjalanan menuju bandara. Ini satu setengah jam lagi sampai. Ghea dimana?]

"Ghea sudah dekat, Bun. Ghea ke bandara bersama Gavin."

[Tetap tenang yaa, Sayang. Kita ketemu di bandara nanti]

"Iya, Bun. Bunda hati-hati."

[Iya, Nak. See you] Panggilan berakhir.

"Vin, kamu ngga ke studio?" tanya Ghea sambil menatap pria di sampingnya.

"Tidak mungkin. Tidak mungkin aku tenang pergi ke studio sedangkan kamu seperti ini." Sungguh jawaban yang sempurna membuat Ghea semakin jatuh hati padanya.

"Terima kasih, Vin," ucapnya.

"Tenang saja."

***

Bandara Internasional Husein Sastranegara. Ratusan atau bahkan ribuan manusia menumpuk berebut mencari informasi mengenai kecelakaan tragis salah satu maskapai penerbangan terbaik itu. Berebut pandangan di hadapan papan berita yang terpasang di arrival bandara. Sebagian juga menuju resepsionis untuk menanyakan daftar penumpang yang ada dalam pesawat malang tersebut. Termasuk Ghea dan Gavin.

"Maaf, Mba. Saya mau lihat daftar penumpangnya," pinta Gavin. Seseorang mengulurkan apa yang Gavin minta.

Lihat selengkapnya