Yang akan kausesali,
ketika kau telah membuat
kesalahan.
“Ta, sini kamu. Anak tak tahu diuntung, selalu memalukan orang tua.” Pak Agung memarahi putrinya, Tata.
Datanglah emak Tata yang bernama Nur Hayati sambil melepaskan tangan Pak Agung yang tengah menarik telinga Tata. “Biar saya saja yang menghukum Tata, jangan kamu, Mas.” Emak Tata menyuruh Tata masuk kamar, kemudian mengunci Tata di dalam kamarnya.
Rumah sederhana yang seketika itu hening, hanya terdengar tangisan Tata yang terkunci di dalam kamar, ia masih berteriak dan menangis tiada henti hingga mata sembab yang menghiasi wajahnya.
“Emak, Bapak, maafkan Tata. Tata tidak akan mengulanginya lagi,” kata Tata dengan isak tangis. Berkali-kali ia mengulangi kata maaf kepada orang tuanya.
Beberapa jam saat Tata sudah mulai hening dan tak bersuara. Emak Tata masuk ke dalam kamar Tata yang sedang dikunci. Ternyata ia masih menangis dalam isaknya yang pelan. Kemudian Emak Tata mendekat ke Tata dan mengelus-elusnya dengan segala nasihat. Bukan marah yang dikeluarkan Emak Tata melainkan nasihat.
“Nduk, janji sama Emak. Kamu tidak akan mengulanginya lagi,” sambil menangis menasihati putri tercintanya. Bagaimanapun, seorang ibu harus mengayomi anak-anaknya. Apapun masalahnya, ibu mempunyai hati yang tenang sebagai pelindung.
“Njhe Mak, Tata janji tidak mengulanginya lagi. Tata kapok, tidak mau ini terjadi lagi. Tata juga malu dengan kelakuan sendiri. Apakah Allah masih mengampuni Tata ya, Mak?”
Walaupun Tata telah melakukan hal yang fatal bahkan itu salah dalam aturan agama dan dosa bagi pelakunya. Emak Tata juga menyesali, karena belum bisa mencukupi uang jajan Tata. Sampai akhirnya Tata mencuri jajan di toko. Nama baik sekolah Tata tercemar karena kelakuannya, hingga terpaksa Tata harus dikeluarkan dari sekolahnya.
“Nduk, Allah itu Maha Pengampun jika hambanya berusaha untuk bertobat,” kata Emak Tata lembut.
Tata masih mengharapkan untuk kembali ke sekolahnya, padahal dia tahu itu tidak mungkin terjadi karena dia sudah dikeluarkan dari SMP nya.