Hari ini harus lebih baik
dari hari kemarin,
Hari esok harus lebih baik
dari hari ini.
Bukan malapetaka yang dihadapi oleh Tata dan keluarganya. Setiap manusia mempunyai perjalanan hidup yang berbeda.
Malam hujan di bulan Juni, ini nyata. Begitu juga air mata Tata yang nyata. Ini bukan mimpi. Semenjak kejadian itu, Tata jarang keluar rumah. Dia lebih memilih berdiam diri di rumah meratapi kesendirian. Tata berpamitan dengan teman-teman sekolahnya lewat grup WhatsApp. Ketika Tata mengetik kata-kata perpisahan itu, dia kembali menangis.
Sahabatnya yang bernama Nabila tiba-tiba menvideo Callnya. Terlihatlah wajah Nabila yang anggun dan cantik. Dari layar ponsel, Nabila melihat sahabatnya menangis.
“Ta, kenapa kamu menangis? ini kan pilihanmu.” Nabila tidak tahu alasan Tata pindah sekolah. Akhirnya Tata menceritakan itu semua kepada Nabila. Tata menceritakan dengan menangis dan perasaan bersalah, kenapa Aku melakukan itu? kenapa Aku tidak berpikir?
Nabila terbengong sebentar. Kaget apa yang diceritakan oleh sahabatnya dan apa yang sudah terjadi padanya. Nabila bilang ke Tata. “Yang sabar ya ta.”
Tata pun menjawab, “Iya bil. Kamu masih mau berteman sama Aku kan?” Tata sangat khawatir kalau sahabatnya akan menjauhinya karena perbuatan itu.
“Tapi kamu tidak boleh seperti itu lagi ya. Aku akan selalu menjadi sahabatmu jika kamu tidak mengulanginya lagi Ta.” Jawab Nabila dalam keadaan yang kasihan dengan Tata.