Dampar Pesantren

Aviskha izzatun Noilufar
Chapter #5

#5 SENJATA

Suara lantang gagah berani

angkat senjata,

kobaran semangat hafalan

Bagaikan tentara.

Tentara tak mengenal

lelah dan kalah.

 

  

Awalan huruf H, menjadi kebiasaan yang disukai oleh Tata. Ya, itu dia Hafalan. Tata tak sepandai dan secerdas teman-temannya. Tapi dia punya daya ingat yang tinggi. Walaupun dia belum faham sepenuhnya mata pelajaran, dia rela menghafal pelajaran itu tanpa pemahaman. Bahkan Tata rela menghafal dengan jalan kaki menuju ke sekolah, agar Tata bisa menjawab soal tes nanti.

Malam hari atau sebelum pelaksanaan tes, Tata menyiapkan rangkuman untuk dihafalkan agar dapat diingat di otak. Setidaknya besok dia ingat tulisan yang telah ditulisnya.

Perjalanan menuntut ilmu Tata di pondok dan sekolah berjalan dengan alur baru yang dinikmati oleh Tata. Walaupun uang saku Tata berkecukupan, setidaknya Tata menghemat dan berpuasa agar dapat mengurangi pengeluaran.

Tata mempunyai markas untuk menghafal, markasnya adalah mushollah pondok putri. Walaupun Tata sering di markas hafalan, tapi Tata tidak mengurangi untuk berjagong ria dan bercengkrama bercanda sama teman-teman kamar. Tata mempunyai waktu strategi tersendiri dalam menghafal.

Tata mempunyai teman di markasnya, Namanya Mbak Naila. Dia sudah lama disini. Sebelum ini jadi markasya Tata, Mbak Naila lah yang dahulu menempati markas itu. Mbak Naila ini orangnya pintar, bahkan dia sering juara satu baik dalam bidang lomba, juara kelas dan lain-lain. “Andaikan takdir Tata seperti Mbak Naila, pasti orang tua Tata bangga. Dan Tata tidak seusaha yang maksimal seperti ini.” Kata Tata dalam hati. Ekspresi Tata dengan melihat Mbak Naila sedang belajar dengan buku-bukunya yang banyak dan tebal. Sedangkan Tata hanya membawa satu kitab favoritnya.

Tata keluar dari musholla melihat dampar kecil yang sudah tidak dipakai siapa-siapa. Lalu diambillah dampar itu untuk menjadi penyangga tangan dalam proses menghafal. Di pondok pesantren putri dampar kecil ini buat rebutan teman belajar atau menghafal. Jadi pada rebutan, siapa cepat dia dapat. Bahkan ada cerita kalau dampar ini pernah jatuh gara-gara mbak-mbak santri rebutan memakainya. Memang bisa di hitung si, jumlah damparnya. Kemungkinan kalau di hitung ada 6.

Lihat selengkapnya