Dampar Pesantren

Aviskha izzatun Noilufar
Chapter #7

#7 TELAT

Bukan menyalahkan

kata telat,

yang tepat belum

tentu telat



Waktu tak begitu dirasa, bukan lambat tetapi cepat. Tata berangkat sekolah pagi-pagi sekali dari pesantren. Sampai-sampai lupa kalau dia belum sarapan. Kenapa sepagi itu? Tata melaksanakan tugasnya untuk piket kelas.

Kelas yang bernuansa gelap, padahal suasana pagi sudah di depan mata. Tata menghidupkan lampu, kemudian datanglah temannya yang bernama Nahar. Nahar juga hari ini piket dengan Tata. Sebenarnya ada 7 siswa yang piket, 5 nya belum datang. Piket dimulai dari mengambil sapu dari pojok an kelas. Menjalankan rambut sapu ke dalam lorong-lorong kursi dan meja, agak sulit kalau kursinya tidak disingkirkan.

Mulai bersihlah kelas ini, kelas Agama yang katanya mempunyai prinsip Annadhofatu Minal Iiman yang artinya kebersihan sebagian dari iman. Realitanya tidak hanya dipandang saja. Anak zaman sekarang, membuang sampah pun sembarangan. Apalagi itu sampah sendiri, sampah sendiri itu merupakan tanggung jawab kecil yang ada pada elemen hidup ini.

Bel bersuara seperti rekaman manusia berbicara, inilah pada eranya. Bukan lagi launching yang berbunyi tiga kali untuk tanda pembelajaran segera dimulai. Namun teman Tata yang sepondok dengan Tata, belum juga sampai kelas. Padahal pak guru sudah ada di kelas. Namanya Zila, dia si tukang telat.

Sampai do’a selesai pun Zila belum juga muncul. 5 detik pun dia muncul dengan keadaan mringis-mringis minta maaf pada pak guru karena telat. Tempat duduk Zila ada di belakangku jadi setelah minta maaf pada pak guru bahwa dia telat, Zila menyentuh pundak Tata dan bilang. “Ta, nanti tak ceritain. Pokoknya nyuebelin banget.”

Akhir pembelajaran pun selesai Tata melihat Zila di belakang dengan kepala dan tangan di meja, mata pun tertutup.

Lihat selengkapnya