Dampar Pesantren

Aviskha izzatun Noilufar
Chapter #12

#12 SERIUS

Kehadiran canda tawa

akan menyertai,

begitupun keseriusan

yang akan dilewati.



“Semua santri memiliki keahlian berbeda-beda. Baik segi pemahaman ataupun hafalan. Ustadz tidak pernah membandingkan. Yang terpenting adalah prosesnya. Ada begitu cara santri untuk melakukan usaha itu. Ada yang berusaha dalam menghafal dulu baru memahami, ada yang menghafal cari tempat sepi, bahkan teriak-teriak biar masuk ke otak. Ustadz tahu mana yang bersungguh-sungguh dan mana yang tidak.” Kata Ustadz Udin panjang. Bahkan kata itu mampu membangkitkan semua santri. Hati santri semua tergoyah untuk langkah perubahan.

Semakin hari Tata merasa berkembang. Semenjak dawuh dari kiai dan para guru di pondok maupun di sekolah. Tiada hari tanpa belajar, bahkan dia mengirit uang sakunya dibedakan antara uang saku dan uang tabungan. Dari kecil Tata diajarkan Emaknya untuk menabung. Walaupun dari sedikit, yang penting menabung. Entah nanti jika dibutuhkan dalam keadaan mendesak akan berguna.

Paginya Tata dan Zila disibukkan dengan pekerjaan pesantren yang belum selesai. Hingga mereka rela terlambat tapi tidak mau dihukum. Lantas apa yang akan mereka lakukan?

Zila memanggil teman satu kelasnya yang akan berangkat lebih awal.

“Sinta, aku nitip tasku dan tasnya Tata. Nanti taro di bangku saja. Kalau ditanya pak guru atau teman sekelas bilang ke belakang. Gitu ajha. ”Kata Zila mencari alasan.

“Ada-ada saja idemu Zil, sama ajha bohong.” Kata Tata menyaut, seakan-akan tidak terima ide Zila kali ini.

“Kita kan gak bohong, emang dari belakang kan? lah wong kita lewat belakang haha.”

“Bener juga si, ya udah gak papa. Demi kebaikan.” Tata mengangguk dan mengikuti ide Zila ini.

“Kalian berdua juga datangnya cepat ya, jangan lama-lama. Nanti aku gak bisa buat alasan lain lho.” Kata Sinta dengan khawatir.

“Siap.”

Tata dan Zila langsung segera melaksanakan tugasnya karena ini amanah dari Bu Nyai. Tidak ada setengah jam, mereka berdua sudah selesai. Bu Nyai tahu kalau mereka berdua sekolah. Sehingga disuruh kembali untuk bergegas berangkat sekolah.

Mereka berdua berlari waktu menunjukkan kurang 5 menit bel sekolah akan berbunyi. Di tengah perjalanan Zila berteriak.

Lihat selengkapnya