Ma’as-salamah fii amaanih
Syaikhonaa,
(Selamat jalan semoga dalam
keselamatan wahai guruku)
Terik matahari dengan cahaya dan panasnya menghampiri setiap manusia di bawahnya. Keluarlah keringat dari kang-kang pondok yang sedang sibuk bergotong royong dengan pari atau padi yang dihasilkan dari persawahan Kiai. Kiai Fayyadh Ali hingga turun tangan dengan arahan suara volume keras. Sehingga orang-orang disekitar, kaget dengan suara kerasnya Kiai.
Malamnya Tata, dan keempat temannya khataman puasa Daud. Tata pergi ke ndalem untuk matur, kalau acara khatamannya sudah siap. Tata duduk sembari mengucap salam, keheningan ndalem Kiai seperti tidak ada siapa-siapa. Salam Tata pun terjawab dari kamar. Keluarlah Bu Nyai atau yang biasa dipanggil Ibuk.
Ibuk, menghampiriku, dan berkata. “Pripon, Nduk Ta?”
Sepertinya Ibuk lupa tiga hari yang lalu, sebelum khataman saya matur ke Abah Yai. Tata terbengong sebentar kemudian, sadar kalau harus menjawab pertanyaan dari Ibuk.
“Niki bade ngaturi Abah Yai, doa khataman siam Daud buk.” Jawabku dengan penuh kekhawatiran.