Berat atau ringan
pahit atau manis,
setiap orang
berhak memilih.
Pilihan adalah
sebuah tantangan.
Tantangan itu adalah pilihan. Di mana bisa melewatinya, pilihan itu akan datang pada kita. Walaupun Zila sahabat Tata. Tata harus memilih amanah itu. Zila tidak akan benci sama Tata, apalagi Zila si pelawak di pesantren putri.
Merayakan hari yang spesial bagi para santri sedunia. Pondok Pesantren Al-Ihsan merayakan dengan membuat upacara di pesantren. Para petugas upacara memakai seragam hijau yang kemarin dirancang oleh Mbak Nadhira dan panitia seragam. Semua santri memakai pakaian putih dan sarung bebas. 22 Oktober telah ditetapkan sebagai Hari Santri. Tanggal tersebut mengingatkan pada resolusi jihad yang dicetuskan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, sebuah ketetapan yang menggerakkan massa untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Gus Sahal sebagai pembina Upacara berlangsung dan beliau memberikan Amanah pada semua santri. “Hari santri ini, mari dibuktikan kalau santri dikencengi nderese, diakehi unda’ane, disregepi olehe ngaji, ojo malah guyon karo ngliburi ngaji.”
Selesai upacara, santri dibubarkan untuk kembali ke pondok. Tata dan Zila dalam perjalanan berbincang.
“Ta, keren banget kata-katanya Gus Sahal.” Kata Tata sambil berjalan pelan dan bersuara pelan.
“Iya juga ya. Jarang banget ada nasehat amanah seperti ini.”
“Kamu kan sering nulis kata-kata di mading pondok kan Ta, ini kesempatan bagus untuk dipajang kata-kata Gus Sahal agar selalu teringat dan menambah semangat.” Zila dengan ekspresi bahagia dan mendukung sahabatnya untuk bergerak cepat.
“Idemu bagus sekali Zil, padahal aku tidak terpikir akan itu.” Mereka berdua melaju ke kamar dan menyiapkan kertas Qoetes yang memang sudah dibeli lama. Jika memang kalau ada ide, Tata langsung menulisnya dan dipajang. Kadang dipajang di belakang kitab untuk semangatnya, kadang ditempel di almari buku, dan kadang ditempel di mading pondok untuk memotivasi para santri putri.
Berlangkah-langkah menuju ke sekolah siang karena kelas dua belas. Dan melaksanakan Ujian Madrasah. Jadi berangkatnya terjadwal bergantian. Tata dan Zila kebetulan masuk jam siang. Zila tidak sengaja melihat laki-laki ganteng itu sedang bersaliman dengan pak guru di jalan.
“Ta, lihat deh, itu laki-laki ganteng yang kemarin aku lihat di ruang administrasi.” Kata Zila semangat dan Tata hanya diam, memalingkan pandangannya.
“Idaman banget. Ganteng iya, akhlaknya bagus iya.” Zila yang terus memuji laki-laki ganteng itu. Tata tetap fokus pada kertas rangkuman belajar yang dipegangnya.
Meringkas apa yang telah dipelajari merupakan sebuah strategi dalam belajar agar materi tersebut masuk ke dalam memori otak. Kelas ini akan menjadi saksi ujian madrasah bagi para siswa dan siswi. Sebelum adanya perpisahan, harus melewati yang namanya ujian. Jarum jam menunjuk pukul setengah dua. Ujian telah selesai. Semua keluar kelas dan bergantian dengan siswa-siswa di sesi ke tiga.