Dampar Pesantren

Aviskha izzatun Noilufar
Chapter #21

#21 PENGABDIAN

Tenaga yang membuat

dirimu, dilindungi oleh

keberkahan.

Tidak akan bisa dihitung,

dengan jari tangan akan

nilainya. 



Taman Pendidikan Al-Qur'an milik ustadz yang menagajarkan Tata dulu di pondok. Ustadz itu adalah sopir Kiai Fayadh. Beliaulah yang membuat Tata paham akan ilmu Nahwu saat di pondok. Saat Tata mengajar pelatihan, tiba-tiba beliau bilang, punya Taman Pendidikan Al-Qur'an baru dan beliau menawarkan Tata untuk ikut mengabdi jadi guru TPQ. Tata terdiam, dan ada gejolak pada dirinya "Aku ingin sekali mengajar Taman Pendidikan Al-Qur'an." Akhirnya Tata memutuskan dengan bilang ke ustadz, "saya kasih waktu untuk berpikir ya ustadz. Malam ini akan saya putuskan."

Membaca ayat-ayatnya seperti berdialog padanya. Mengingatnya terasa nyaman sangat menjadi miliknya. Di atas terbentangnya kain yang lembut, terasa dekat dengannya. Mengharap bukan hanya saat sedih saat mengingatnya, tapi setiap waktu baik itu sedih dan bahagia. Setelah salat dan baca Al-Qur'an Tata menghubungi Emak Tata untuk meminta izin mengajar TPQ. Emak Tata sangat senang mendengar kabar ini, bahkan Emak mengingatkan Tata kalau menjadi guru TPQ dulu adalah cita-citanya.

Setelah mengiyakan keputusan itu, Tata mulai mengajar TPQ. Dengan gembiranya Tata mengingat-ingat memori ia masih kecil. Ngaji dengan berlari-lari, sering tidak dipindah jilid ngajinya, dan sering jajan juga.

Tata tidak berharap apa-apa dengan mengajar TPQ, ia ingin memanfaatkan ilmu semampunya. Terlihat mudah, di balik itu ada pelajaran-pelajaran baru yang harus ia hadapi.

Dengan berjalannya waktu yan tersisa, di umur dewasa awal membuat dirinya takut akan masa depan. Sampai sekarang, Tata belum juga mendapatkan apa yang diinginkannya dalam pengabdian. Ia ingin mengabdi dengan keahliannya, ia ingin tahu seberapa mampu ia mempraktikkanya, walaupun ia tahu kalau keahlian itu yang sangat ia kembangkan. Lagi dan lagi Tata ketika memikirkan sesuatu, tiba-tiba Gus Sahal menelephone Tata untuk pergi ke Tangerang upgrading Instruktur. Tata menyetujuinya, ini kesempatan baru untuk Tata keluar dari zona nyaman walaupun ia tidak faham jurusan upgridingnya yaitu tentang WEB Developer.

Koper kuning dan tangannya telah semangat untuk menaiki Bus Sleeper. Awalnya mau naik pesawat, tapi ada kendala lain. Menikmati perjalanan malam, membayangkan tempat pelatihannya akan seperti apa. Di surat undangan terdapat tulisan tempat di hotel, pelatihan selama 13 hari. Ini kedua kalinya Tata menginap di hotel. Tapi lebih lama ini, dulu saat Tata kuliah hanya menginap di hotel satu malam. Dirasa ia tidak puas menikmati kamar hotel tersebut.

Sesampainya di hotel, Tata mengingat-ingat cara membuka pintu lift, menutup lift, dan menyalakan lampu di kamar hotel. Kalau sekedar itu, Tata faham. Tapi kalau cara memindah air panas ke air dingin di sower, sungguh membingungkan. Akhirnya teman Tata satu kamar datang, ketika berkenalan kelihatannya dia anak kota. Namanya Assifa dia masih mahasiswa tingkat akhir di Bandung, tapi ia orang Tangerang. Akhirnya Tata bisa menghidupkan sower, berkat Assifa. Selama tiga belas hari, Tata akan bersama-sama dengan Assifa. Membahas tentang pelatihan upgriding ini membuat Tata dan Assifa pusing dengan masalah Coding yang baru ia pelajari. Mereka berdua jalani dengan santai, tapi pasti. Dikala udara Tangerang yang berdampingan dengan Jakarta, udara yang penuh polusi membuat Tata bersyukur hidup di kota yang damai udara yang sejuk. Dengan keadaan ini, ia tau dunia luar membuat kita belajar untuk bersyukur dalam segala hal.

Mendekati 13 hari, saatnya menghadapi uji kompetensi. Terasa beban sekali sebelum uji kompetensi dengan menjalani lembur supaya codingan yang sudah dibuat Tata dan teman-teman bisa berjalan dengan baik saat ujian. Sekitar sampai pukul 2 dini hari lemburan dengan laptop yang dibawa secara individual dengan kerjasama bersama teman-teman seangkatan web developer.

Pukul 08.00 ujian telah dimulai, kelas Tata dengan teman-teman web developer terbagi menjadi dua. Tata terpisah ruang dengan Assifa. Assifa beserta Ibu yang memang seorang perempuan tapi keinginan belajarnya tinggi mengikuti program upgriding ini. Di ruangan Tata, ia perempuan sendiri. Terasa canggung baginya, karena sudah terbiasa tinggal di pesantren dan agak gugup kalau berbicara dengan laki-laki. Untungnya ada teman laki-laki, yang menganggap Tata adek, sebelum Tata mengenalnya lebih jauh, Tata menyangkanya belum menikah. Eh, ternyata sudah menikah.

Ternyata, tidak semenakutkan apa yang dibayangkan tadi malam. Ia tidak merasa asing, tapi ia dipenuhi kasih sayang dari satu ruangan dan juga penguji. Melanjutkan foto bareng, Tata perempuan sendiri seperti dilindungi banyak laki-laki yang sayang padanya. Alangkah indahnya kekeluargaan di kelas web developer.

Langit terasa mendung, dan air hujan pun turun dari langit. Aku dan Assifa berada di kamar lantai 20 di kamar hotel nomor tersebut merasakan kalau petirnya berada di samping keberadaan kamar 20. Saat itu pula, Tata merasakan akan ada perpisahan, karena besok pelatihan sudah berakhir waktunya berkemas pulang ke rumah masing-masing. Langit kota Tangerang, juga ikut sedih akan perpisahan manusia-manusia yang baru kenal selama tiga belas hari membuat kasih sayang itu menjadi tangis bahagia tapi ingin kembali bertemu lagi.

Lihat selengkapnya