Kupastikan setiap harinya, kau akan tertawa bersamaku, katanya saat menggodaku dan membuatku tertawa terbahak-bahak karena leluconnya.
Ya, benar aku tertawa hingga tidak mampu untuk meratapi lukaku yang cukup dalam. Ia tidak memberikan kesempatan untuk aku dengan mengingat luka itu. Yang aku ingat adalah kata bahagia. Dia mencoba mewarnai buku-buku kehidupanku ini. Setiap harinya dia mengirimi aku bunga di pesan whats appnya dengan warna kesukaanku, Fushia. Terkadang dia mengirimi aku video yang lucu dan berusaha membuatku tertawa setiap harinya. Dia tahu aku membutuhkan hal itu. Dan itu tidak pernah ku dapatkan dari siapapun juga.
Seperti hari ini, dia menggodaku lagi dan lagi. Begitu pandainya dia menggodaku sehingga membuatku tertawa terbahak-bahak. Seakan-akan dia tidak pernah ingin melihat ada air mata di pipiku. Romantis dan lucu itulah ia. Satu lagi, dia berusaha melindungiku dan selalu melakukan terbaik untuk hubungan kami. Kami asyik berbicara menyusun masa depan saat kami telah menikah nanti. Berbicara masa depan adalah hal yang sangat asing untukku. Karena selama ini aku hidup dengan masa laluku. Aku hidup dengan membawa luka dari semua masa laluku. Namun satu persatu dia berusaha membersihkan luka-luka ini. Dia selalu mengatakan kepadaku, bukankah kamu hidup untuk masa depanmu? Lalu mengapa kamu masih melihat ke belakang? Yang nyatanya itu membuatmu lebih terluka. Masih teringat bayanganku ketika aku meminta ijin untuk menuliskan kisahku dia tanyakan kepadaku lebih dulu?
Apakah ini akan membuatmu bahagia? tanyanya
Tapi aku akan terluka jika tersimpan terlalu lama, jawabku kepadanya
Baiklah, sekarang apa yang bisa kulakukan untuk membuatmu bahagia? tanyanya
Tetap disampingku dalam menuliskan setiap halaman kisah ini, hingga pada halaman terakhir, pintaku padanya.
Pasti aku akan bersamamu, tapi berjanjilah padaku. Kau tidak akan pernah menyesali jika suatu saat rahasia hidupmu akan terungkap semua? Dan kau tidak akan bersedih karena itu,
Aku berjanji, jangan tinggalkan aku ketika aku mulai merasakan sedikit sakit karena ini,
Tidak pernah aku meninggalkanmu sampai maut memisahkanku, dan jika dalam kehidupan setelah kematianku ada aku hanya ingin meminta bersamamu, katanya dengan sungguh-sungguh.
Juga temani aku berdiri dengan dua kaki ini saat aku merasa justru terpuruk karena tulisan ini, kataku.
Pasti, bahkan aku akan memelukmu jika kau mulai merasa sakit karena ini, jawabya.
Sungguh aku terhibur dengan segala yang ia katakan kepadaku. Nyatanya benar, pada halaman tertentu aku merasakan bagaimana ia menguatkanku dengan segala cintanya kepadaku.
Melanjutkan kembali menuliskan kisah ini adalah komitmenku. Dan dia mendukungku. Dia mencintai kejujuran dan kebenaran, aku masih ingat slogannya yang dia anggap sebagai lagu dalam hidupnya dia menuliskannya. Truth and Real, yah dia selalu mengatakan kejujuran dan kebenaran adalah pedoman dalam hidupnya.
Dan awal mulanya tak pernah ada yang ditutupi maka dia pun begitu adanya. Dia terbuka tentang statusnya, anak-anaknya, pekerjaannya dan seluruh kehidupanya. Dia yang mengajarkan aku untuk jujurlah kepada diri sendiri. Karena baginya, orang yang jujur tidak akan membawa hal yang merugikan untuk diri sendiri. Dan aku melakukannya di hadapannya. Dia tahu saat aku marah, dia tahu saat emosiku tidak stabil. Namun gelombang cinta yang dahsyatnya mampu meredakan segala emosi ini.
Emosiku tidak stabil.. jika aku marah aku bisa menjadi orang yang sangat meledak-ledak. Apapun barang yang ada di depan mataku bisa kulempar begitu saja. Dan terus terang mungkin wanita yang melahirkan aku berpikir mungkin aku ini, gila! Dan kalau dipikir bagaimana mungkin ada pria yang bisa mencintai dengan tulus wanita seperti ini? Jika pria tersebut tahu bahwa wanita ini memiliki keanehan mungkin saja mereka para pria mengambil langkah seribu untuk tidak mendekati wanita itu.
Ia tidak mengobatiku justru semakin menyudutkan aku dengan segala sumpah serapahnya, yang sering kali aku muak mendengarnya! Kau tahu siapa dia? Mamaku sendiri.
Aku yakin saat itu, Ini salah!
Hubunganku yang semakin dekat dengannya, membuat semua keluarga tidak menyukainya. Aku yang terlahir pada aturan jawa adat istiadat yang begitu kentalnya membuat aku semakin terpuruk dengan segala tetek bengek peraturan sebagai anak priyayi!
Aku tidak pernah punya keinginan sebagai seorang yang katanya punya darah priyayi. Itu menyusahkan bagiku! Dengan segala peraturan tradisional yang tidak cocok di zaman ini. Apa-apa tidak boleh! Aku tidak mau diatur dengan aturan tradisional yang kuno untukku.
Aku menganggapnya begitu.. semuanya menjadi salah. Bahkan ketika dia mencoba menghiburku karena aku sering menangis karena keluarga. Hebatnya dia membuatku tertawa dengan candaannya. Justru hal ini membuat mamaku semakin tak menyukainya. Mama menganggap aku hanya menurut kepada orang yang baru dikenalnya. Bukan kepada seorang ibu. Tapi kau tahu, bagaimana dia mencoba merayuku untuk bisa menyayangi ibuku sendiri? Dia melakukan dengan caranya agar terbiasa dengan sayangku kepada ibuku, bukan dengan lukaku ini. Setiap kali dia mengatakan kepadaku, Hei, kamu tidak lupa untuk mencium ibumu hari ini? Atau aku yang harus melakukannya sebagai anaknya? tanyanya. Awalnya saat dia memintaku untuk selalu mencium ibuku Aku tidak melakukannya. Karena di dalam keluargaku tidak terbiasa dengan tradisi seperti itu. Ya, sering kali dia mempertanyakan hal itu. Dia menganggapku telah melakukannya. Hingga dia memintaku melakukan di depannya saat aku bervideo cam dengannya. Setiap hari dia selalu bertanya kepadaku. Sudah kau mencium ibu di pagi ini? Pertanyaan itu membuatku tergugah untuk melakukannya kepada ibuku. Awalnya sangat tidak terbiasa melakukan hal ini, namun karenanya hal ini menjadi sesuatu yang biasa untukku. Dia berusaha untuk aku bisa memaafkan ibuku atas apa yang terjadi dengan hidupku. Dia pernah mengatakan kepadaku, Jalan hidupmu begitu berharga, kau kuat tapi aku yakin dalam hatimu kamu sangat menyayangi ibumu, meskipun kamu tidak pernah mengakui hal itu karena lukamu ini, katanya. Aku hanya terdiam saja saat itu tetapi aku berpikir kembali apakah benar hal ini? Aku masih belum mempercayai kalimat ini.
Begitu baiknya dia untuk berusaha mengembalikan hatiku kepada mamaku, namun sayangnya semua itu masih belum cukup untuk keluargaku sendiri. Bagi keluargaku dia adalah penipu kelas kakap.. Bagi mamaku ketika restu yang tidak didapatkan dari seorang ibu, bagaimana mungkin anaknya masih berhubungan dengannya?
Pernah terpikir dalam hidupku
Untuk mengumpulkan uang
Dan pergi ketempatnya
Tapi aku masih bersabar menunggu waktu
Membuktikan bahwa aku memilih orang yang benar
Untuk hidupku.
Dan membuktikan cara pandang wanita itu SALAH!
***
Jika kau diberi satu permintaan
Apa keinginanmu?
Maka aku akan menjawab
Aku ingin kembali ke masa laluku
Untuk merubah segalanya
Hitam menjadi putih
Dan memberikan beberapa warna yang indah
Dalam buku kehidupanku
Dan kulanjutkan kembali buku kehidupanku ini....
Kelas 6 SD, adalah prestasi yang dibilang sangatlah lucu. Aku murid pindahan dari kota kecil, ke kota besar Surabaya lalu ke Ibukota Jakarta bisa mendapatkan juara dalam pelajaran. Karena menurut mereka aku adalah anak yang pintar, salah satu anak cowok pernah menyatakan perasaanya kepadaku baik melalui surat atau perlahan-lahan mendekatiku. Aku justru tidak menanggapi. Karena aku tahu, aku pintar karena kebetulan dan keberuntungan saja. Selebihnya aku hanyalah anak bodoh yang kehilangan hak sebagai perempuan. Aku yang menganggap demikian saat itu.
Bagaimana keadaan kami saat di Jakarta?
Kami sekeluarga masih menumpang di rumah adik Papa saat itu. Rumah yang cukup besar dengan halaman yang sangat luas. Ya, tanteku. Ia mempunyai tanah yang luas yang di tanami beberapa buah dan sayuran. Yang terkadang hasilnya kami bisa menikmatinya. Lokasinya di cinere. Oh yah, Karena status kami masih menumpang, maka kami pun harus tahu diri berada di rumah tanteku itu. Mengulurkan tangan untuk membantu pekerjaan rumah dan sebagainya. Tak ada keluhan untukku, saat itu. Aku pun tidak membantah ketika orang tuaku meminta membantu untuk membersihkan rumah ini.
Saat aku membersihkan rumahnya, tak sengaja aku melihat salah satu saluran televisi. Rasanya sulit dipercaya, ketika baru menyadari saat aku menonton sinetron Indonesia. Aku lupa judulnya, tetapi yang aku ingat adalah apa itu perkosaan. Aku baru menyadari kejadian yang aku alami 4 tahun yang lalu adalah perkosaan. Nyatanya ingatan itu terekam jelas di dalam memori pikiranku. Setiap malam aku berharap bisa memejamkan mata dengan baik. Melupakan semuanya. Namun itu tidaklah mudah.
Bayang-bayang laki-laki beringas itu selalu menghantuiku. Bibirku masih tertutup rapat tidak ada seorang pun yang tahu tentang kejadian itu. Tapi itu menyiksa! Aku selalu takut akan kegelapan. Paranoidku berlebihan. Jika lampu dimatikan aku akan berteriak karena aku tidak suka. Sungguh aku tidak suka kegelapan. Aku selalu berteriak karena kegelapan. Dan tidak cuma kegelapan saja yang membuatku berteriak sekencang mungkin, jika ada yang memarahiku, emosiku semakin meledak-ledak. Atau aku menjadi gampang panik, hingga membuat jantungku selalu berdegup amat kencangnya.
Inilah luka sebenarnya yang membuat hubungan dengan mamaku tidaklah begitu baik. Dan aku yakin ini akan menjadi masalah hingga aku dewasa nantinya.