Dan karena aku wanita

Agustina Ardhani Saroso
Chapter #5

5. Dendam Itu!

Ini tidak mudah

Mengingat pertama kali sakit

Mengingat kedua kali sangat sakit

Dan saat itu

Aku telah melupakan

Jika kau adalah

Ibu yang melahirkan 

aku

Ketidak mengertian mama berlanjut hingga beberapa tahun ke depan hingga sampai aku berencana menikah dengan pria pilihanku. Hingga ia membuka luka yang tadinya tersimpan dan aku mengira jika diri ini telah sembuh dari sakit yang bertahun-tahun ini. Tapi ternyata tidak, karena ketidaksetujuannya, dia mulai membuka kembali luka ini, lalu sampai kapan ini harus terjadi. Sejujurnya rasa kebencian ini sangat menyiksaku. Sungguh ingin sekali aku meninggalkan rasa kebencian ini tanpa harus membawanya kemana-mana. Berat rasanya, pernah kau terbayangkan membawa beban seberat 100 kg di tubuhmu itu setiap harinya? Ya, seperti inilah yang aku rasakan saat ini. Dan ini setiap harinya bahkan selama bertahun-tahun tetapi setiap kali aku berusaha untuk melupakan kebencian ini, sayangnya ada saja masalah yang terjadi antara aku dan mamaku sehingga harus melibatkan luka ku ini. Setiap aku emosi aku pasti menyalahkan mamaku atas kejadian beberapa tahun silam termasuk kejadian yang terulang lagi karena kesalahannya sebagai orang tua!

Ketika ingin berusaha menjadi anak yang baik, aku tidak menyangka lembaran hitam ini akan bertambah lagi. Dan itu semua karena wanita itu lagi! Dia dan dia telah menjerumuskan aku ke dalam lubang kepahitan hidup yang kedua kalinya. Dan aku sendiri hingga tak mampu mempertanyakan apakah aku bisa bahagia?

Bagaimana yang kedua bisa terjadi? Ini menyakitkan untukku, aku bahkan harus mengigil menahan lukaku untuk menuliskan bagian ini. 

Ketika itu seseorang datang dalam keluarga ini. Ya, di hari itu datanglah seorang pria bernama Agung di warung kami. Pria bertubuh tinggi dan agak gemuk, bermata tajam, membuatku tidak ingin menatapnya. Dia sedang bersama Papa saat itu sewaktu aku pulang dari sekolah. Papa mengenalkan Agung sebagai kliennya dalam menerjamah bahasa inggris. Papaku tidak hanya sebagai sales saja namun ia sebagai penerjemah bahasa inggris.

 Aku salut dengan kepintarannya untuk hampir semua ilmu pengetahun, ia sekolah kedokteran namun pekerjaannya sebagai penerjemah bahasa inggris yang berusaha untuk menghidupi anak-anaknya. Sampai saat ini aku bisa melihat Papa adalah orang yang pekerja keras. Terkadang dia membelikan hadiah kecil untukku. Seperti kotak pensil berwarna hitam atau buku pelajaran. Dan ketika wanita itu melihatnya lagi-lagi memarahiku, ia membuang tempat pensilku ini karena aku memberontaknya saat dia meminta tolong kepadaku. Rasanya ia tidak pernah ingin melihat aku bahagia. Wanita itu hanya menganggu hidupku saja.  

Papa selalu mengingat apa kebutuhanku. Tidak dengan wanita itu! Aku tidak begitu dekat lagi dengannya. Saat Papa mengenalkanku, pria itu menatapku dari atas ke bawah. Aku sendiri sudah terlalu letih untuk sekolah. Sehingga aku langsung masuk kamar dan berganti baju. Dan mengabaikan lelaki bedebah itu! Tetapi si Bedebah itu berusaha untuk melakukan siasatnya...

Terus terjadi pengulangan rasa sakit ini dimulai dari pria pertama dan akhirnya pria kedua. Pengulangan ini harus ku jalankan sebagai rasa sakitnya kegagalan. Dendam ini semakin membesar dan aku pun marah kepada kehidupanku dan bertanya mengapa Tuhan harus memilih aku untuk menjalankan kehidupannya? Mengapa bukan perempuan yang lain?

Dan untuk yang tidak pantas kupanggil ia dengan sebutan mama

Mengapa kau buat

Anakmu seperti zombie?

****

Ini bukan akhir dari ceritaku ketika aku mengenal Agung. Sejujurnya aku tidak pernah menyukainya. Disamping karena bau rokok yang menyengat di bajunya yang membuatku mual untuk mendekatinya. Dan pandangan matanya yang sok akrab kepadaku. Saat dia datang ke keluargu dia mengaku sebagai mahasiswa di salah satu universitas swasta. Parfum yang dia pakai pun membuat aku ingin muntah untuk mendekatinya. Hidungku sangat sensitif terhadap aroma yang tidak sedap. 

Aku tidak pernah ingin berlama-lama untuk berbicara dengannya. Agaknya dia tahu dengan sikapku yang menghindarinya. Entah jurus apa yang dipakai, pertama kali dia mengambil hati orang tuaku dulu. Kedua kalinya orang tuaku menganggap dia adalah sosok kakak laki-laki yang baik. Dan ketiga kalinya adalah saat kutahu orangtuaku meminta aku menemaninya? Begitu luar biasanya dia di mata mama dan Papa. Sampai tidak ada celah keburukan darinya. Bahkan mama, mengenalkan dia ke saudaranya. Kalian tahu untuk apa? Untuk mengemis yang katanya ia membutuhkan uang kuliah. Ya, ia diberikan uang kuliah sebesar Lima Ratus Ribu rupiah. Kalau dipikir kok bisa? Padahal baru pertama saudara mamaku mengenal pria itu. Ilmu apa yang ia gunakan aku sendiri tidak mengerti. 

Tidak hanya itu saja! Ini bagian yang sulit aku ceritakan, karena dengan begitu aku membuka kesalahan keluargaku ini. Kesalahan keluargaku yang tidak kumengerti karena menemukan pria ini!  

Wajarkah? Mama meminta aku untuk menemaninya di malam itu untuk gadis seusiaku yang umurku baru 13 tahun, menemani pria yang usianya saat itu 22 tahun?

 Dalam keadaan ogah-ogahan aku pun menuruti keinginan mamaku. Tetapi justru pengaruh luar biasanya membuat dia menggunakan aku. Aku sudah ngantuk, kataku kepadanya. 

Tunggulah sebentar, katanya sambil memegang bahuku. 

Mataku sedikit kunang-kunang menatapnya. Dan semuanya menjadi hitam..

Apa yang terjadi denganku?

Selebihnya aku tidak tahu. Entah berapa lama aku tertidur, yang kutahu setelah ku buka mata ini, aku melihatnya sangat jelas dia menatapku penuh arti 

Belum pulang? tanyaku sinis. 

Iya ini mau pulang, katanya.

 Rasa nyeri yang kualami ini mengingatkan kejadianku dahulu. Rasa nyeri di bagian vagina ini menjadi tanda tanya dalam benakku. Sempat hati kecilku bertanya, sebenarnya apa yang dia lakukan. Sakit sekali, apa yang sebenernya yang ia lakukan.  

Lihat selengkapnya