Dan karena aku wanita

Agustina Ardhani Saroso
Chapter #10

10. Kekuatan Cinta Itu

Kalau sudah cinta, tak bisa di paksa

Bahkan gravitasi yang kekuatannya sebesar itu pun

Kalah dengan kekuatan cinta

-Albert Einstein-

Oktober 2015

Di hari ini aku menuliskan beberapa mimpi kembali. Kala hati kian mantap untuk memilih negeri itu. Aku memiliki alasan yang kuat untuk meninggalkan negeri ini. Saat itu aku memutuskan ingin menjemput kebahagiaanku. Dan aku yakin disanalah dan bersamanya tempatku berada. 

Dimana aku ingin meninggalkan semua rasa tentang kegagalan ini. Menjemput segala kebahagiaan bersama dengan calon suamiku. Tetapi anehnya disaat aku mulai memantapkan diri banyak sekali halangan yang harus aku lewati. 

Alasan utama adalah Mama. Saat itu, Mama memang merestuiku bersamanya. Namun kedua kaki ku ini tidak boleh berpijak dari tempat tanahku dilahirkan. Indonesia. Aku berpikir, halangan apalagi yang harus kuhadapi? Aku pun sangat membutuhkan restu dari mama meninggalkan Negeriku itu.

 Mama berat melepaskan anak satu-satunya perempuan untuk pergi jauh, katanya.

 Mama kalau mau ikut aku pun kesana juga tidak apa-apa, kataku. Dia memang sangat mengijinkan aku untuk membawa mama tinggal bersamanya. Kalau mama pergi kasihan adik dan abangmu, katanya. 

Lalu aku harus bagaimana? tanyaku. 

Sesungguhnya aku sudah 100 % menyerahkan hatiku kepada calon suamiku. Tidak pernah satu kali pun terbesit untuk selingkuh ataupun mencoba membina hubungan dengan laki-laki yang lain. Hanya dia dan untuk dia aku terus berhubungan dengannya. 

Kami sempat bahagia, saat aku tahu restaurantnya sudah mulai banyak pengunjung dan reservasi, tunggu tapi itu sementara saja. 

Siangnya aku berbicara kepadanya. I believe you will do for your job, kataku. Aku dan dia saling mengisi dan memberi motivasi. Dia sempat mengatakan betapa dia sayangnya kepadaku. Kebahagian itu menjadi ketakutan kembali. 

10 oktober 2015 adalah waktu yang membuatku menangis lagi. Kala mendengar berita menyedihkan darinya.  

Bom Ankara! 

Lebih dari 90 orang meninggal akibat serangan bom di dua tempat itu. Aksi unjuk rasa perdamaian dari warga turki yang menolak militant turki menyerang kurdi membuat kuburan massal dari kejadian itu. 

Dua titik bom yang begitu dahsyatnya berada di keramaiaan antara demonstran. Bom bunuh diri sengaja di pasang diantara para demonstran. Satu titik berikutnya terletak di salah satu stasiun kereta bawah tanah. Berita itu kutahu awalnya dari dia. Dia mengirimkan pesan saat aku tertidur. 

Semua reservasi batal, katanya. Dan dia dipulangkan cepat. Ketidakstabilan keamanan di negara tersebut tentu saja menganggu roda aktivitas di bidang pariwisata di negara tersebut. Banyak wisatawan yang berpikir kembali untuk mengunjungi Negara tersebut. Negara yang beberapa tahun yang lalu menjadi destinasi yang menarik untuk dikunjungi, maka saat ini mereka memiliki khawatiran untuk mengunjunginya. 

Hatiku sedih sekali melihat ibukota dari negara orang yang kucintai ternyata mengalami kejadian ini. Dalam hatiku kecilku pertanda apa lagi ini? Saat aku membuka mata dan mendapat pesan darinya aku mulai mencari tahu tentang Ankara. 

Jarak Ankara dan Istanbul membutuhkan 5 jam saja. Tentu saja ini sangat berpengaruh bagi kestabilan negaranya. Apalagi ankara adala ibukota dari Turki. Tentu dia kecewa. Dia berharap banyak terhadap restaurantnya tempatnya bekerja. Restaurant tersebut baru diambil alih dan baru dibuka di bulan september. Dia ingin melakukan terbaik untuk restaurantnya sebagai seorang manager.

Bahkan, dia tetap mempertahankan bekerja di restaurant itu sebagai manager, padahal gajinya baru dibayarkan sepertiga yang dari dijanjikan. Lalu, saat juru masak di restoran tersebut mulai tidak bekerja lagi karena pembayaran gaji yang mengalami kendala, maka saat itu pun dia merangkap menjadi juru masak. Betapa dia ingin membuat semuanya berjalan dengan lancar. Dia tentu tidak pernah ingin kehilangan pekerjaan. Dan selalu berusaha melakukan terbaik untuk pekerjaanya. Aku banyak belajar darinya untuk pekerjaan. Dia melakukan totalitas untuk pekerjaanya walaupun apa yang ia dapatkan tidak sebanding dengan pekerjaan yang ia lakukan. 

Mengutip kata-kata dari George Eliot itulah yang ia lakukan “Kepuasan dari satu tugas yang berhasil diselesaikan adalah kekuatan untuk melakukan yang lain. Dan inilah yang ia lakukan dalam pekerjaannya saat ini.  

Saat itu kutanyakan padanya, Apa yang bosmu katakan, ketika kamu jadi chef? tanyaku.

 Dia pun menjawab dengan tersenyumnya, Sepertinya kita tidak butuh chef, katanya sambil menirukan suara bosnya Aku pun berharap dia akan menikmati pekerjaan ini. Namun keadaan Turki mengalami gejolak saat itu, apa yang aku harapkan dimulai lagi dari awal. 

Aku pun berusaha untuk mendukungnya saat itu. Hingga aku menyudahi pembicaraan karena ia harus bekerja.

Așkım, kolay gelsin,” kataku

“Taman Așkım, seni Çok seviyorum,” jawabnya

Pernikahan kami yang sudah diundur menjadi bulan april tersimpan seribu ketakutan yang mendalam di diri ini. Kadang ku bertanya kepada Allah, jika memang dia bukan jodohku karena jarak yang memisahkan kita, lalu bisakah Allah memberikan rasa cinta kembali? Apakah untuk selanjutnya aku akan mengalami rasa kegagalan? Lagi dan lagi?  Dan apakah kendala ini bisa memisahkan kami berdua?

 Sementara aku pun sudah tidak bisa memberikan hati ini kepada siapapun juga. Aku tidak mampu dan aku tidak pernah berharap aku bisa mencintai orang lain. Bukan karena aku sedang di mabuk cinta. Tapi karena aku telah terlanjur memberikan 100 persen rasa cintaku kepadanya. Dan disaat aku yakin akan bersamanya badai besar kian terus mengujiku. 

Bukan ini alasannya, karena ketakutanku kembali. Ketakutan untuk Sakit hati!.

Apakah aku berpikir untuk sementara. Tidak hatiku ini sudah sulit terbagi dengan yang lain. Hanya nama dia, yang selalu kupikirkan.  

Masalah yang lain timbul manakala adikku mulai mempengaruhi pikiranku yang sedang tidak stabil ini dengan mengatakan kepadaku, Jika hasan, memang kesini aku akan telanjang dijalan, katanya. Sebegitu yakinkah dia dengan ketidak seriusan Hasan? Tetapi aku masih belum merasakan apa yang dia lakukan adalah kebohongan. Kami diuji dalam hal keuangan. Hanya itu saja, kendalanya. Itu saja namun terasa sulit sekali. 

Dan kalau saja aku mendapatkan Hasan yang seorang pengusaha sukses yang tidak memikirkan uang kapanpun untuk menuju ke Jakarta dapat dengan mudah ia lakukan, tentu saja keadaan ini berbeda dengan saat ini. Sayangnya aku mendapatkan dia saat dia tidak memiliki apapun juga. Tidak memiliki cinta bahkan materi. Lalu kenapa aku mau untuk mendapatkanya?

Jujur ini jawaban pertamaku. Tidak satu kata kebohongan yang ia ucapkan kepadaku. 

Aku merasakan kejujuran Hasan kepadaku, yang tidak bisa dirasakan oleh keluargaku sendiri. Kejujuran yang ia ceritakan karena masalah demi masalah dianggapnya keluargaku sebagai penipuan kembali. Yang awalnya disetujui namun pada akhirnya aku harus menelan pil pahit dengan pertentangan keluargaku kepadanya. Karena mereka menganggap penipu. Hanya janji yang bisa diucapkan untuk datang ke Jakarta, ya itu menurut mereka keluargaku.  

Dalam setiap sujudku aku pun selalu mendoakan jalan yang terbaik untuk kami. Sungguh aku belum mempersiapkan hati ini jika mengalami kegagalan lagi. 

Dalam hubunganku dengan dia kutanamkan 100 % kepercayaan bahwa benar apa yang dia lakukan semua untukku. Perasaan ini berbeda dengan yang dulu. Dimana dulu aku berjuang sendiri untuk dapat dicintai. Tetapi tidak dengan dia. Dia berjuang yang terbaik untuk mendapatkan aku. Dia berjuang untuk menemui cinta sejatinya. Dia berjuang dalam keadaan yang NOL. Dia berjuang untuk bisa menyatukan cintanya. Dan dia berjuang untuk aku bahagia.

Apa yang dia katakan saat itu sungguh membuatku yakin akan cintaku kepadanya. 

Cinta yang diperjuangkan dengan sungguh-sungguh akan lekat abadi selamanya, cinta yang mudah didapatkan biasanya akan mengalami kebosanan, begitu katanya, makna cinta bagi seorang Hasan Kilitci. Ya, dialah calon suamiku. Yang aku tahu saat kami bersama memperjuangkan ke jenjang pernikahan ini bukanlah sesuatu hal yang mudah. 

November 2015

1 November 2015, pemilihan umum kembali di Turki. Aku berharap yang terbaik untuk negara tersebut. Bagaimanapun juga aku akan menjadi bagian dari Negara itu. Aku tidak pernah menyangka negara yang menjadi mimpiku untuk travelling mengalami gejolak keamanan di Negara itu.  

 AKP memenangkan kembali pemilihan umum tersebut dan meraih suara lebih dari 45%. Walaupun aku dan dia bukanlah pendukung dari Partai itu. Tetapi aku dan dia sama-sama mendukung jalannya pemerintahan. Aku menyadari saat ini aku masih hidup di negeriku. Yang jelas berbeda. Kemajuan teknologi nyatanya memberikan pengaruh bagi budaya bangsa Indonesia. Budaya Indonesia yang dikenal ramah dan santun, tercoreng oleh segelintir orang yang sengaja membuat permusuhan di media sosial. Ya, di Indonesia saling menyindir dan membully di media sosial menjadi hal yang biasa. 

Berbicara tentang mimpiku, ya dulu aku pernah bermimpi untuk mendapatkan calon suami yang menjadi imam yang baik dan juga kaya.  

Kenapa? Karena aku capek dan lelah hidup dalam kemiskinan. Wajar aku berpikir demikian? Karena aku sudah banyak melakukan segala pikiran dan tenaga untuk keluargaku. Kali ini aku hanya ingin dibahagiakan. Bahkan aku sempat membayangkan calon suami dengan penghasilan yang aku harapkan. Tetapi tahukah ternyata, itu tidak ada di dalam dirinya. Ya, walaupun ia seorang manager. Ia belum mendapatkan keberuntungan dalam hal pekerajaan. Aku melihat dari Cv nya pun, ia selalu berpindah-pindah tempat dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Setidaknya saat aku mengenalnya di februari 2015, pada maret 2015 dia telah berpindah pekerjaan. Dan di bulan Agustus 2015 lagi-lagi dia memutuskan untuk pindah kerjaan kembali. Pariwisata turki sebelum terjadinya gejolak politik hingga menimbulkan ketidakstabilnya keamanana di negara tersebut menjadi menurun. Sedangkan bidang yang ia kerjakan termasuk mengandalkan dibidang pariwisata. Dia bercerita saat bulan februari 2015, alasannya berpindah pekerjaan karena sepi sekali restaurant hotel tempatnya bekerja. Padahal tempatnya juga tidak jauh dari Blue Mosque. Dan kemudian dia berusaha untuk mendapatkan pekerjaan di Maret 2015, Ya saat itu dia mendapatkannya sebagai restaurant Manager di restaurant bagian asia. Jaraknya tidak terlalu jauh dengan rumahnya itu. Namun ternyata lagi-lagi kota Istanbul masih berharap dari pariwisatanya. Dan membuatnya memutuskan pindah kembali ke Resturant bagian eropa. 

Secara penghasilan, pendapatanku mungkin lebih tinggi dibandingnya. Bagaimana dengan dia? Aku bisa menjelaskan kehidupannya di Istanbul. Dia tidak punya apa-apa, tabungan pun tak ada. Hanya meninggalkan utang yang cukup banyak itupun dicicil selama 3 tahun lagi. 

Bagaimana kehidupan dia disana? Kehidupannya hancur saat belum mengenalku. Entah apa yang merubahnya sejak ia mengalami kegagalan. Dia pun mengalami kegagalan sama denganku. Berganti perempuan sering dia lakukan. Hanya untuk pemuas hawa nafsu.  

Dia katakan padaku, Aku adalah perokok berat, setiap harinya aku bisa menghabiskan minimal dua bungkus rokok, katanya. 

Aku tidak tahan dengan bau rokok yang menyengat dan saat itu dia mampu melakukannya demi aku. Berhenti merokok bukanlah perkara yang mudah untuk pecandu rokok yang sudah 20 tahun terbiasa dengan asap rokok. 

 Berapa uang rokok dalam sebulannya sangatlah fantastis untukku. Paling tidak dia menghabiskan setiap bulannya 3 juta rupiah. Aku mengikutinya ketika ia menjalani proses berhenti merokok. Dari yang mengurangi rokok hingga tidak sama sekali menghisap rokok. Ini dia lakukan karena aku. Aku pernah berkata kepadanya, Jika kamu merokok di depan aku, maka aku akan melakukan hal yang sama juga, karena inilah dia mau berubah. Jujur saja aku hanya mengatakan padanya aku tidak menyukai seseorang yang perokok. Jika dia sedang merokok aku minta dia menjauh dariku. Karena hal inilah membuatnya berubah tanpa aku memintanya untuk berhenti merokok. Dia melakukan semua itu karena aku. Aku belajar satu hal darinya karena dia benar-benar mencintaiku dia akan merubah apa yang tidak aku sukai tanpa aku minta. Misalnya jika aku meminta untuk berhenti meninggalkan kebiasaan yang buruk itu belum tentu ia mau melakukannya. 

Karena gaya hidupnya dengan rokok tersebut, hingga membuatnya tidak bisa menyimpan uangnya. Uangnya hanya habis untuk kebutuhan sehari-harinya saja.  

Bagaimana kehidupan disana? Istanbul berbeda dengan Jakarta. Istanbul yang sebagian besar wilayah di bagian eropa memiliki sejarah tersendiri. 

Kota yang sering menjadi destinasi pariwisata di dunia ini termasuk oleh masyarakat Indonesia ini memang memiliki keindahan tersendiri. Dari segi rumah, tentu saja orang yang bisa memiliki rumah dengan tanah termasuk golongan orang kaya di Istanbul. Karena mereka biasa hidup dengan rumah apartemen. Termasuk dengannya. 

Setelah kegagalannya, dia hidup sendiri. Disinilah kehancuran dalam kehidupannya. Pernah satu kali dia tidak percaya, apakah ia akan menikah lagi? Karena baginya, menikah hanya untuk sekali. Itupun tak bisa dipertahankannya. Sesungguhnya ia berusaha untuk mempertahankan pernikahan tersebut dengan berbagai cara namun tidaklah mungkin itu bisa dipertahankan.  

Hidup sendiri memberikan ia banyak pelajaran dan sandungan. Tak mudah untuk memulai hidup sendiri. Dia berharap bisa sehidup semati dengan pasangannya. Namun apalah daya harapan tak seindah kenyataan. Tak mudah dalam hal ini adalah? Setidaknya dia harus mengelola hatinya yang hancur. Tidak pernah ada yang menginginkan perceraian.

Pernikahan muda karena perjodohan oleh orang tuanya di masa lalunya. Tidak membawakan satu kebahagiaan kepadanya. Betapa dia telah mencoba untuk mempertahankan agar perceraian itu tidak terjadi. Betapa dia telah mencoba untuk kebahagian istrinya saat itu. Namun segala upaya yang dia lakukan untuk mempertahankan rumah tangganya harus berujung kepada perceraian juga. Dia menceritakan tentang rumah tangga masa lalunya itu.  

 Setidaknya biaya yang dia keluarkan untuk menghibur dirinya cukuplah besar. Tak hanya untuk biaya hidup rokok yang tinggi saja. Setiap minggunya dia terbiasa untuk minum raki. Minuman beralkohol asli dari negara tersebut. 

Awal perkenalan kami saat itu di awal bulan maret, aku melihatnya dengan jelas saat kami melakukan video cam dia menenggak botol minuman untuk menghangatkan badan dari musim dingin di negara itu. Namun tetap saja membuatku tidak menyukai, aku sempat protes beberapa kali kepadanya. Dia berjanji untuk merubah kebiasannya itu. Namun ia katakan tidak semudah itu. Tetapi justru dia mau berubah untukku, karena dia benar-benar mencintaiku. 

Pernah satu kali, dia ditraktir oleh salah satu temannya. Ia mengatakan padaku setelah selesai minum saat itu, aku katakan kepadanya aku akan melakukan hal yang sama dengan apa yang dia lakukan. Aku nekad untuk pergi ke salah satu outlet di salah satu mall di Jakarta. Kemudian aku mengatakan, Aku menemukan minuman beralkohol disini, aku akan membeli dan meminumya, kataku. 

Jangan lakukan itu, Aku mohon, katanya

Kenapa aku tidak boleh, bukankah kamu bisa melakukannya. Lalu kenapa aku tidak bisa? Tanyaku

Baik, aku berjanji untuk berhenti perlahan-lahan kebiasaanku ini, katanya dengan sungguh-sungguh. 

Kebiasaan itu tak cukup sampai disitu saja, terkadang ia hanya memuaskan nafsu laki-laki untuk memuaskan nafsu syawatnya. Lalu dimanakah letak dia sebagai Imam yang baik? 

Tak ada pertanda untuk itu... 

Darimana aku tahu semua kebiasaanya itu? Dia bercerita apa adanya baik dan buruknya ia tanpa ada sebuah kertas yang menutupin. Hanya saja dia pernah memintaku setelah ia bercerita tentang masa lalunya, ia memohon untuk tidak membahasnya kembali dengan cara bertanya tentang masa lalunya. Ia lebih menyukai ketika kami membahas semua hal yang terkait dengan masa depan. Ya, begitu juga denganku sangat menyenangkan sekali ketika aku berbicara masa depannya, setidaknya dia mampu memberikan obat terbaik terhadap masa laluku saat membicarakan masa depan. 

Lalu bagaimanakah dengan kekayaannya? Ya, memang keluarganya memiliki Apartemen atas nama keluarga besarnya. Keluarganya juga memiliki rumah dan tanah perkebunan sebuah desa di Çorum. Sebuah desa yang sangat indah sekali, jauh dari hiruk pikuk dan polusi ibukota. Setidaknya butuh waktu 8 jam perjalanan dari Istanbul ke desa itu.   

Saat dia mengenalkan aku tentang desa kelahiran. Aku ingin suatu saat nanti masa tuaku dihabiskan disana dengan menulis cerita antara aku dan dia. Hanya aku dan dia dan tentu saja dengan anak-anak kami kelak nanti.  

Setidaknya membutuhkan waktu 8 jam untuk tiba di Çorum jika menggunakan bis. Propinsi Çorum memang terletak di daerah pegunungan. Masih asri dan masih banyak hutan-hutan disana. Udaranya sangatlah sejuk sekali, walau pada musim panas. Airnya juga masih sangat bersih sekali. Bisa dibayangkan bagaimana jika musim dingin tiba. 

Disini dingin, musim salju jauh lebih lama dibandingkan Istanbul, katanya. 

 Ya, aku ingin kita berdua disana, sampai kematian kita, kataku. Ya, dia pernah janji aku adalah yang terakhir untuknya sampai maut memisahkan kami. Dan dia mengatakan, Aku berharap kehidupan setelah kematian akan bersamamu selamanya, katanya.

Aku bisa merasakan bagaimana kesetiaan yang luar biasa untukku. Dia memperjuangkan untuk segala cinta kami agar menyatu. Dari awal perkenalan tidak pernah terpikirkan padanya untuk menghubungi perempuan lain selain aku. Dia selalu mengatakan aku adalah wanita terakhir untuknya. Dan dia sedang membuktikan apa yang ia katakan saat ini.   

Sayang, beras disini sangatlah enak. Dedem memiliki padi yang ditanamnya sendiri, katanya. Ia begitu membanggakan dedem atau kakeknya itu. Kakeknya telah berumur lebih dari 90 tahun. Ia juga mengenalkan aku dengan dedemnya. Semua orang tahu siapa dedemnya itu. 

Oh yah satu lagi, Mereka lebih membiasakan diri untuk menyantap roti atau ekmek di pagi hari dibandingkan dengan nasi. Dan mereka selalu memiliki tradisi untuk menikmati teh atay Çay dipagi hari atau ketika berkunjung ke tempat tetangga maupun keluarga. Tradisi meminum teh dan melayani teh kepada tamu menjadi sangat khas dari kebudayaan Turki sendiri. 

Saat aku mengatakan kepadanya bahwa aku pasti tidak terbiasa dengan segala hal yang menurutnya umum, dia pun mengatakan kepadaku. 

“Aku bermimpi masa tua kita akan disini, karena kau pasti suka dengan beras Çorum, beras disini sangatlah enak, katanya. 

Aku menunggu itu, waktuku bersamamu selamanya, Kataku. Dia tahu aku tidak terbiasa untuk menyantap makanan tanpa nasi sehingga dia menunjukkan bahwa aku akan terbiasa tinggal di desanya suatu saat nanti. 

Berbicara tentang kakeknya itu. Kakeknya sangatlah hebat. Umurnya sudah cukup tua. Tetapi tidak terlihat seperti umur diatas 90 tahun. Kakeknya sangat terkenal di desa itu. Selain memang ia dituakan, kakeknya adalah imam besar di desa tersebut. Sehingga ketika siapapun menuju desa itu, jika menyebut nama kakeknya semua orang akan tahu. Sesungguhnya kakeknya adalah orang yang cukup disegani di desa tersebut. 

Dia mengirimkan foto saat sang kakek masih membelah kayu yang akan digunakan untuk dibakar. Wow bukankah tenaganya masih sangatlah kuat? Ya. Karena mereka hidup sangat sehat sekali. Tidak tercemar oleh polusi udara di perkotaan. Sungai-sungai di daerah tersebut pun sangat jernih sekali. Bahkan kalian bisa meminumya langsung tanpa harus dipanasi terlebih dahulu. 

Ketika musim panas di Istanbul orang tua dari calonku lebih memilih untuk menghabiskan waktu musim panas di Istanbul dengan tinggal di desa. Walaupun musim panas tetapi udara di desa masih amatlah sejuk. Inilah yang membuat orang tua seumuran calon mertuaku merindukan suasana desanya. 

Walaupun sejak bulan April orang tuanya berada di Çorum, tak lupa ia menghubungi orang tuanya. Dan anne selalu menanyakan apakah aku baik-baik saja? Anne ingin aku cepat menikah dengan anaknya itu. Setiap kali aku ditanyakan kapan kami akan menikah? Saat Anne berada di Istanbul, dia mempetkenalkan aku dengannya melalui video cam. Tahukah kau aku bisa merasakan kasih sayang Anne kepadaku juga tanpa dibuat-buat. Anne seolah-olah menciumku dengan tangan yang ada dibibirnya diberikan kepadaku. 

Dia juga pernah mengatakan kepadaku. Sepertinya, annem lebih sayang kamu dibandingkan aku, katanya. Aku pun senang dengan hal ini. Apa yang kurasakan kepadanya. Benar-benar aku sangat mencintainya. Dulu aku pernah memiliki mimpi, aku mempunyai rumah di desa, dan hidup dengan seseorang yang menemaniku di desa. Dan kali in aku pun melihat sendiri kebahagiaan kakek dan nenek calonku. Sampai maut memisahkannya hanya ada mereka berdua yang selalu setia. 

Kakeknya pernah mengatakan kepadanya, Semoga aku masih bisa melihat pernikahan cucu kesayanganku dan cepat bawalah dhani bersamamu, itu pesan kakeknya kepadaku. Sesungguhnya selama perjalanan aku menengenalnya aku percaya dengannya bahwa cintanya hanya untukku. Dan juga tidak ada halangan ketidak sukaan keluarganya denganku. Semua keluarganya memberikan dukungan untuk aku menikah dengannya. Baik orang tuanya, maupun kakek dan neneknya.  

 Sesungguhnya yang menjadi halangan diantara kami berdua hanyalah surat kejelasannya tentang statusnya dan Uang. Membutuhkan modal yang tidak sedikit untuk menyewa pengacara dalam kasus perceraianya. Dan aku tahu itu setiap ia mengeluarkan uang untuk mengurusi kasus perceraian yang sangat sulit ini. Tidak mudah memang dan Aku masih menganggap ini kendala. Aku pernah berandai-andai, andaikata dia seorang yang kaya, tanpa harus memikirkan uang untuk menuju Indonesia mungkin setiap bulan aku bisa bertemu dengannya. Lagi dan lagi aku harus menunggu waktu kapan dia bisa datang ke Indonesia.

 Sesungguhnya aku percaya dia akan datang ke Negeriku ini. Tetapi pertanyaannya adalah kapan? Apakah kepercayaanku akan runtuh saat semua orang mulai mempengaruhi kepercayaanku kepadanya?

Kepada siapa aku harus percaya

Diakah atau keluargaku?

 Inilah yang ku sebut dengan ujianku. Aku yang kehilangan kepercayaan terhadap lelaki kini dihadapkan dengan ujian ini. Segala persiapan pernikahan sudah kupersiapkan, lalu ketakutan di dalam hatiku ada kala semua orang mulai meragukan cintanya kepadaku. Cintaku mulai diuji dengan suara sumbang orang-orang disekitarku. 

Haruskah aku mendengarkan mereka? 

Atau bertahan dengan segala kepercayaanku kepadanya. Aku pernah salah dengan pria karena mendengarkan kata hatiku, yaitu Husen. Lalu bagaimana dengan dia? Ya, dia pernah gagal dalam membina rumah tangga. Aku pun demikian. 

Aku dan dia sama-sama memiliki dua area yang sama. Dia tidak pernah memikirkan untuk menikah lagi? Aku pun juga demikian. Aku bahkan berpikir mungkinkah orang yang seperti aku bisa menikah? Namun mungkinkah kali ini ada sesuatu yang harus ku curigai kepadanya. Terus terang aku tidak pernah ada curiga kepadanya. Sekali lagi aku menaruh 100 % kepercayaanku kepadanya. 

Kata orang lain ini bodoh. Ketika semua orang mulai menasehatiku, Janganlah memberikan 100 % kepercayaan dan hatimu kepada laki-laki, kata mereka. Namun aku tidak memperdulikannya. Yang aku tahu kata hatiku tidak berkata demikian. Berbeda dengan beberapa lelaki terdahulu. Sungguh kali ini aku merasa sangat nyaman kepadanya. 

Walau dia tidak sekaya apa yang kupikirkan aku sadar bahwa cintalah yang sebenarnya bisa menguatkan aku dan dia. Jika aku terlalu naïf dan berbeda dengan apa yang orang lain katakan, aku minta maaf. Karena bagiku begitu sulitnya sekarang mencari cinta dan kebahagiaan dibandingkan hanya harta semata. Ya, memang beberapa perempuan merasa bahagia jika pasangannya dapat membahagiakannya dengan membelikan apa yang diinginkanya. 

 Dulu memang aku menjadi salah satu diantara perempuan itu. Tidak munafik jika aku membutuhkan harta. Dan mungkin saja semua wanita juga berharap untuk mendapatkan pasangan yang bisa mencukupi kebutuhan hidupnya. Namun berkaca dengan seorang teman baikku aku tersadar bahwa selama ini aku salah. Iya memang, dia mendapatkan pasangan hidup yang berkelimpahan materi. Dia bisa membeli tas dengan harga diatas lima juta rupiah. Tidak hanya itu semua pernak pernik diganti dengan brand tertentu karena dia mendapatkan seorang pengusaha dengan mudah ia membelinya. Pada saat itu aku sempat menginginkan hidup seperti itu.  

Lihat selengkapnya