Dan Kemudian

Nadia Fitri Muliawan
Chapter #2

[1] Rencana Ulang Tahun

"Fajar," panggil seorang laki-laki paruh baya dari arah ruang tengah. Di genggamannya terdapat sebuah koran yang sedari tadi sibuk dibolak-balik lembarannya. "Sini dulu, Nak." 

"Iya, Yah," jawab seorang anak dari arah dapur. Ia sedang asyik menghitung takaran gula untuk segelas teh hangat buatannya. Mendengar namanya dipanggil, ia bergegas menuju sang ayah dan meninggalkan kegiatannya. 

"Kenapa, Yah?" tanya Fajar saat sudah duduk di samping sang Ayah. 

"Pengen rayain ulang tahun di tempat yang berbeda, enggak? Biar enggak sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Dari dulu kan selalu rayain di rumah," ungkap laki-laki paruh baya itu yang sontak membuat mata Fajar berbinar-binar. 

"Ya jelas mau dong, Yah. Memangnya kita mau ke mana?" Fajar antusias, mengingat ulang tahunnya akan terlaksana dua hari lagi. Tinggal beberapa kali kedip mata saja. "Kita tunggu Bunda dulu, ya. Masih nyiram tanaman deh kayaknya. Sebentar lagi." 

Fajar semakin deg-degan. Kok ayah tumben ya? 

Setiap tahun, Fajar akan merayakan ulang tahunnya di rumah. Merayakan ini bukan berarti adanya acara potong kue, tiup lilin, nyanyi bareng teman-teman dan terima kado. Bukan acara dengan mengundang teman-teman ataupun saudara untuk datang ke rumah. Sederhana saja. Acaranya hanya sekedar makan malam bareng keluarga, juga bundanya yang akan memasak. Tapi, masakannya dihidangkan lebih istimewa daripada hari-hari biasanya. 

"Nungguin, ya?" ucap bundanya saat memasuki rumah sambil menata kembali letak kerudungnya yang tadi sempat dinaikkan. Beliau segera menuju ruang tengah dan duduk di samping Fajar. 

"Enggak kok, Bun," sela Fajar seraya tersenyum, kemudian kembali menatap ayahnya. "Jadi, kita mau ke mana, Yah?" 

"Penasaran banget, ya? Sampe tegang gitu mukanya," goda sang ayah.  

"Hahaha. Ayah, ih. Ayo cepetan." Fajar tak sabar. 

"Bunda aja deh yang bilang."  

"Lah, kok bunda? Ayah aja." 

"Bunda aja. Ayah enggak tau gimana ngomongnya." 

Lihat selengkapnya