Dan Muhammad adalah Utusan Allah

Noura Publishing
Chapter #3

1. Catatan-Catatan Biografis dan Hagiografis [1]

Kehidupan Nabi Muhammad kita kenal dari sumber-sumber yang berbeda. Al-Quran menyinggung-nyinggung secara tak langsung berbagai kejadian dalam kehidupan personalnya dan kehidupan masyarakat Muslim yang masih muda usia.1 Lebih dari itu, segenap ucapannya dan berbagai riwayat tentang tindakan-tindakannya dilestarikan secara cermat dan dikumpulkan sehingga membentuk, dalam jangka waktu berabad-abad, sebuah ikhtisar besar, yang menunjukkan bagaimana masyarakat memandang dirinya. Salah satu sumber awal lainnya adalah syair-syair Hasan bin Tsâbit, yang bergabung dengan Nabi Saw. di Madinah dan mengalami berbagai peristiwa penting dalam kehidupan masyarakat Muslim, dengan memuji Nabi Muhammad dan mencela musuh-musuhnya. Sumber-sumber yang juga sangat awal adalah berbagai gambaran tentang ekspedisi militer yang pernah dilakukan oleh Nabi Saw. dan tentang penyebaran Islam di Jazirah Arabia. Semua ini menjadi bahan mentah bagi penulisan biografi (sîrah) Nabi. Sîrah karya Ibn Ishâq (w. 768 M), yang kemudian disunting oleh Ibn Hisyâm (w. 830 M), menjadi dasar bagi seluruh biografi yang ditulis sesudahnya.2 Tentu saja, banyak sekali legenda yang muncul di seputar inti bahan faktualnya. Akan tetapi, karisma seorang pemimpin-agama sejati sering kali bisa dilihat dengan lebih baik melalui legenda-legenda semacam itu dibandingkan dengan fakta-fakta historisnya, yang cenderung ditafsirkan oleh penulis biografi sesuai dengan sudut pandang tertentu yang dipilihnya.

Tanggal-tanggal biografis Nabi Muhammad selalu paling dikenal di antara tanggal-tanggal biografis semua pendiri agama besar lainnya. Akan tetapi, bahkan dalam Islam kurun paling awal sekalipun, sebuah “biografi suci”—yang juga merekam kejadian-kejadian besar di luar kehidupannya, termasuk tanggal-tanggalnya—berkembang di kalangan masyarakat Muslim dan tetap ada sampai sekarang. Hal itu dielaborasi dalam berbagai bahasa masyarakat Islam dan dikisahkan kembali dalam bentuk prosa dan sajak, kadang-kadang (seperti di Turki ‘Utsmani) bahkan dihiasi dengan ilustrasi-ilustrasi.3 Beberapa tahun lalu, seorang penyair Turki menciptakan enam puluh tiga “lukisan” kehidupan Nabi Saw. dalam sajak sederhana.4 “Pencarian Muhammad historis” adalah, sebagaimana dibuktikan oleh berbagai kajian tentang kehidupannya,5 pekerjaan yang nyaris mustahil dilakukan. Namun, tanpa berusaha melepaskan biografi Nabi Muhammad dari legenda-legenda menakjubkan seputar dirinya, kita bisa membuat gambaran umum tentang kehidupan historisnya sebagai berikut.

Nabi Muhammad dilahirkan di kalangan Bani Hasyim dari keluarga besar Quraisy, yang berkuasa pada awal abad ke-7 M di Makkah, pusat perdagangan besar di Arabia. Dia diyakini lahir pada sekitar 570 M atau—menurut perhitungan M. Hamidullah—pada bulan Juni 569 M.6 Dalam tradisi penuturan Muslim, sepasukan asing dikabarkan tengah mengepung Makkah pada tahun kelahirannya; secara tiba-tiba pasukan tersebut tercerai-berai (seperti dituturkan dalam Al-Quran, Surah Al-Fîl). Hal ini kemudian ditafsirkan sebagai mukjizat yang menunjukkan ihwal kedatangan Nabi Muhammad.7 Ayahnya—yang bernama ‘Abdullâh, putra ‘Abdul Muththalib—meninggal dunia sebelum kelahirannya, sementara ibunya, Amînah, wafat ketika dia berusia sekitar enam tahun.8 Seperti anak-anak lelaki lainnya di masyarakat kota-kota Arab, bayi Muhammad diserahkan perawatannya kepada seorang pengasuh anak, Halîmah. Konon, wanita ini memiliki seekor keledai tua yang sudah amat lemah sehingga sulit sekali mencapai Makkah dari desanya. Akan tetapi, ketika binatang itu ditunggangi oleh Muhammad dalam perjalanan pulangnya, tiba-tiba ia menjadi lincah bergerak dan segar. Ini dipercaya sebagai salah satu tanda awal dari keagungan masa depan anak itu.9

Riwayat yang menceritakan bahwa Muhammad muda pernah hilang dari asuhan Halîmah diyakini oleh para penyair sufi terkemu­dian sebagai bukti mukjizat lainnya tentang perannya di masa mendatang sebagai pemimpin manusia dan jin.

Jangan khawatir—dia tidak akan hilang darimu!

Dalam dirinyalah seluruh semesta akan hilang!10

Demikianlah dikatakan oleh penyair-sufi, Jalâluddîn Rûmî (w. 1273 M), ketika menafsirkan suara dari Yang Mahagaib yang me­nenteramkan perasaan wanita yang gundah itu. Menurut beberapa penulis biografi, mukjizat Pembelahan Dada (lihat Bab 4) terjadi pada waktu Muhammad muda menghilang itu. Dan menurut riwayat lain, menjelang meninggal dunia, Amînah melantunkan baris-baris sajak yang menubuatkan nasib putranya:

Engkau diutus kepada umat manusia

oleh Tuhan Yang Mahabesar dan Maha Penyayang.

Setelah dia wafat, konon jin terdengar melantunkan kidung duka­cita bagi ibunda sang Nabi terakhir.11 Sejak kelahirannya, Nabi Mu­hammad diserahkan dalam perlindungan kakeknya, ‘Abdul Muththalib, yang meninggal sekitar dua tahun sesudah ibunya, Amînah, wafat. Bocah yatim itu selanjutnya diasuh oleh pamannya, Abû Thâlib, di mana putranya, ‘Alî, adalah di antara orang pertama yang beriman kepada risalah Nabi Saw. Keadaannya sebagai seorang anak yatim—seperti dikemukakan dalam Al-Quran, Surah Al-Dhuhâ (QS 93)—mengilhami banyak penyair di masa sesudahnya untuk membandingkannya dengan sebutir yatîmah, yakni sejenis mutiara unik (secara harfiah berarti “yatim”).

Seperti banyak orang Makkah lainnya, Nabi Muhammad pun terlibat dalam perdagangan. Sebagai seorang pemuda, dituturkan bahwa “anak yatim berbakat” itu menemani pamannya pergi ke Syam. Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan pendeta Bahira,12 yang mengenali “tanda kenabian” di antara kedua bahu anak itu, dan menubuatkan bahwa ia adalah nabi yang akan datang, sebagaimana telah diramalkan dalam Injil Yohanes: semua tanda yang disebutkan dalam buku-buku kuno itu sesuai dengannya.13 Waktu itu, Muhammad berusia sekitar dua belas tahun. Profesi awalnya sebagai saudagar, membuat sektor perdagangan beroleh tempat terhormat dalam kehidupan Islam. Bahkan, kini sebuah nyanyian anak-anak Sindhi awal abad ini menganjurkan para pemuda untuk menggeluti perdagangan, “Karena Nabi Saw. sendiri menyibukkan diri dengan perniagaan, dan hal itu telah memainkan peran penting bagi seluruh kekuatan dakwahnya.”14

Lihat selengkapnya