Seberapa keras dia berusaha menjauh, jika memang dia ditakdirkan untuk kamu, pasti akan kembali lagi bersamamu
***
Novel pertamaku telah terbit, kemudian aku memberitahu kepada orang tuaku dengan maksud agar mereka senang dan bangga mempunyai anak sepertiku.
Ekspektasiku terlalu tinggi, sehingga ketika tak sesuai dengan apa yang ada dipikiranku semuanya terasa sangat menyakitkan.
Ketika novelku datang, aku langsung menemui kedua orang tuaku. Aku ingin menunjukkan karyaku, dan berharap mereka akan bangga.
Tok tok tok, aku mengetuk pintu kamar mereka. Kemudian tak lama mama keluar dari kamar.
"Ada apa Dit, tumben banget ngetuk-ngetuk pintu kamar" Tanya mama.
"Tada!!" Kataku sambil menunjukkan novelku.
"Apa-apaan ini? Dari pada kamu bikin buku gini, mending kamu segera selesaikan skripsi biar cepat lulus" Kata mama.
Tak lama papa keluar dari dalam kamar.
"Ada apa sih ribut-ribut begini? Ganggu orang yang lagi bersantai aja" Tanya papa.
"Tuh lihat anak kamu bikin novel tanpa sepengetahuan kita, sedangkan kuliah dia aja belum selesai." Jawab mama.
"Mana bukunya?" Pinta papa.
Kemudian mama memberikannya.
"Nih, lihat."
Brak!!
Suara novelku yang dilempar ke lantai.
"Mulai sekarang, kamu harus fokus kuliah dan cepat selesaikan semua urusan kuliah, mengerti?!" Bentak papa.
Aku tak menjawab omongan papa, aku langsung mengambil novelku dan berlari masuk ke kamarku.
"Lihat kan kelakuan anak kamu, semakin lama semakin susah diatur." Kata mama.
"Udah biarin aja." Jawab papa dengan santai.
Dita POV
Aku langsung mengunci pintu kamarku, kemudian aku beranjak naik ke kasurku dan aku hanya bisa menangis.
Kenapa mereka tidak pernah menghargai apa yang telah aku capai? Kenapa mereka selalu mengutamakan pendidikan, padahal prestasi bisa didapat dari banyak hal tak selalu soal pendidikan.
Aku udah susah payah membuat novel ini agar mereka bangga padaku, tapi kenapa semua tak sesuai dengan apa yang aku harapkan? Aku susah payah mencari ide kesana dan kesini agar novelku menarik untuk dibaca, tapi kenapa orang tuaku saja malah enggan untuk membacanya. Seburuk itukah aku dimata mereka? Selalu dianggap tak berguna.
Kemudian tak lama handphoneku berdering, ada notifikasi masuk dari Alvin.
Alvin
Hei sayang, udah makan?