In the stream where wisdom meets deceit,
A clash unfolds, where truths compete.
Wisdom shines with a guiding light,
Deceit lurks, shrouded in night.
One seeks clarity, a vision pure,
The other corrupts, its whispers obscure.
Together they churn, the river runs deep,
The battle of life, where shadows creep.
Saya berbincang di sore hari, menyapa anginangin, sembari alunan "Symphony No. 5 in C Minor" - Ludwig van Beethoven mengiringi.
"Hei, dunia ini terkadang juga sepertimu bukan?" Tanya saya pada angin.
Tapi angin tetap saja diam dan hanya mendengarkan saja, adalah saya yang kini asik berceloteh sendiri.
"Oh bukan sepertimu saja, tetapi seperti air juga," ucap saya.
Saya pun beranjak menopang kaki lalu berdansa berputar putar sambil berkata padanya, "sama sama menciptakan ini, arus dan putaran."
"Arus kebaikan, arus kejahatan, arus kebodohan, arus kecerdasan, semua memiliki kombinasi energinya masing masing, dan peperangan arus itulah yang terjadi di bumi, untuk menyeleksi, manakah ciptaan yang terbaik manakah ciptaan yang perlu dipaksaperbaiki dengan api neraka Sang Ilahi."
"Dan arus itu, akan melebar dan akan menyempit, melebar ketika banyak manusia menaruh sebagian energi atas nyawanya di sana dan menyempit lalu terlupakan jika manusia mulai meninggalkannya."
"Sayangnya sayang sekali tidak semua orang mengerti akan hal ini, beberapa manusia membenci kejahatan tapi malah memberikannya nyawa, mereka menyiram api tidak dengan air tapi dengan bensin, lalu berharap api itu menjadi padam. Setan sudah benar benar berhasil menjadikan manusia boneka tangannya. "
"Sungguh kenyataan yang begitu amat sangat menyakitkan tiada taranya."