Dandelion

Chika Andriyani
Chapter #2

Bab 2

Kedua orang dihadapan Dinan ini masih saling bertatapan. Mata wanita itu melirik ke arah Dinan, menyuruh laki-laki itu pergi.

"Oh, Mbak, ada perlu apa? Mbaknya sakit?" tanya Zami ramah setelah bisa menguasai diri. Wanita yang malam itu ditolong Zami memutar bola mata.

"Gue cuma mau balikin jaket lo doang. Sori, mungkin gue udah ngerepotin lo semalem. Dan thanks buat ... coklat?"

"Nggak kok, Mbak. Sama sekali nggak repot. Coklatnya udah Mbak makan? Enak nggak? Itu saya beli pas lagi ada potongan harga. Keponakan saya suka banget makan coklat."

Wanita itu menatap Zami sebentar seperti ingin mengatakan sesuatu, "Lo ... nggak nyentuh gue kan?"

"Mbak udah makan belum? Makan siang dulu yuk sama saya di luar, nggak—"

"Jawab aja, sih, apa susahnya?"

Zami kembali tersenyum, cantik-cantik kok judes, Mbak.

"Apa susahnya ikut saya dulu? Tenang aja, saya yang traktir kok. Kita bicarain ini di luar. Saya juga lapar, Mbak." Gladis mendengus dan berjalan keluar.

Zami bergegas menyusulnya dan memakaikan kembali jaket yang tadi wanita itu berikan. Menutupi tubuhnya yang sedikit terbuka.

Ia sempat menegang, mungkin kaget dengan tindakan Zami yang tiba-tiba. Melihat pakaiannya yang cukup terbuka, kalau kata orang Jawa, eman-eman. Jadi, lebih baik ditutup, kan?

"Terlalu terbuka, Mbak. Pakai aja dulu jaket saya."

Dan ... di sini lah mereka, di sebuah restoran sederhana dekat rumah sakit. mereka hanya tinggal menunggu pesanan.

"Jelasin."

"Saya nggak nyentuh Mbak—"

"Stop. Jangan panggil gue Mbak. Panggil aja Gladis."

"Saya nggak nyentuh kamu kok. Kamu nggak baca catatan dari saya? Oh, iya, obat yang saya kasih sudah kamu minum?"

"Hm, makasih." Zami mengangguk pelan.

"Dan jaket lo bakal gue balikin lagi setelah ini."

"Nggak perlu buru-buru, Dis."

"Ck, gue nggak ada waktu buat bolak-balik rumah sakit. Gue sibuk."

"Yaudah, biar saya yang nyamperin kamu lah. Lagian baju kamu terbuka gitu. Memang mau tubuhnya dilihatin orang lain?"

"Urusan lo apa sampai komentarin apa yang gue pakai?" ketus Gladis. Dia paling tidak suka ada orang asing mengurusi hidupnya. Dia saja tidak pernah ikut campur urusan orang lain.

"Saya ini perhatian lho, sama kamu. Kapan lagi diperhatiin dokter muda kayak saya, kan?"

"Nggak bangga sama sekali." Tak lama, makanan mereka sampai. Zami memerhatikan cara makannya yang tidak ada cantik-cantiknya. Padahal wajahnya terbilang cantik, cantik banget malah. Masya Allah...

Zami mengambil selembar tisu dan memberikannya. "Bersihin dulu noda di bibir kamu, Dis. Bar-bar banget, sih. Kamu kayak pasienku yang masih anak-anak, lho."

Gladis mendelik kesal dan menarik paksa tisu yang Zami berikan. Zami membatin, ekspresi kesal Gladis entah kenapa terlihat menggemaskan di matanya.

"Bawel banget. Makan aja, sih." Zami tersenyum lagi-lagi. Entahlah, walaupun Gladis ini judesnya setengah mati, Zami selalu bisa tersenyum menanggapinya.

Pertemuan mereka bisa dibilang tidak terlalu bagus. Namun, berkat itu juga, ada orang lain selain keluarganya yang saat ini masuk ke dalam pikiran Zami. Kali ini, seorang wanita. Entah bagaimana tanggapan Rami saat tahu Zami memikirkan seorang wanita.

~o0o~

Gladis sampai di apartemennya. Dengan asal, dia melempar sling bag miliknya secara asal. Tubuhnya langsung berbaring di sofa dengan mata terpejam. Menjadi seorang ilustsrator di sebuah perusahaan penerbit cukup melelahkan. Tiga disain kover buku yang Gladis garap belum diterima atasannya, membuat Gladis harus memutar otak lagi membuat disain baru. Belum lagi bertemu dengan dokter rese hari ini membuat kepalanya semakin berasap. Gladis tidak tahu berurusan dengan seorang dokter bisa jadi semenyebalkan ini. Ganteng sih, tapi saklak. Buat apa juga, kan? Tadinya, mau Gladis gebet sebenarnya.

Satu pesan masuk ke ponselnya. Jantung Gladis sempat terhenti sejenak saat membaca satu nama yang selalu ia pikirkan. Senyumnya mengembang lalu dengan cepat membuka pesan tersebut. Namun, deretan kalimat yang tertulis tersebut membuat senyumnya memudar. Air matanya menumpuk dan sudah siap jatuh kapan saja.

Lihat selengkapnya