1 minggu sebelum berlibur ke Jepara
Garry
Al, kamu baik-baik saja?
Albin
Baik-baik saja. Apakah kamu bahagia kembali ke kampung halaman
Garry
Bahagia sangat sangat. Aku tunggu kamu berlibur ke kota ku!!!
Albin
Kendengarannya bagus. Aku banyak masalah pekerjaan disini dan ibuku juga terus memaksaku untuk segera menikah dan memberikan cucu kepadanyakepadanya. Sungguh gila. Apakah aku terlihat seperti pengangguran yang bisa leluasa memikirkan pernikahan dan anak-anak.
Garry
Aku setuju dengan ibumu. Kamu sudah semakin tua dan baiknya segera untuk menikah.wkwkwk
Albin
Hentikan omong kosongmu. Siapkan penginapan untukku selama satu minggu
Akhirnya Albin berada di Jepara untuk melepaskan penat dan tekanan sang ibu yang memintanya untuk segera menikah. Dibandingkan memikirkan perkara menikah, Albin lebih lelah memikirkan hidupnya sebagai dosen sehari-hari. Ia juga sudah berada di sebuah hotel terbaik yang dipilihkan oleh Garry. Mereka berdua adalah sahabat yang tak pernah terpisahkan sejak dari kuliah S1 hingga menyelesaikan gelar magister. Mereka berdua juga berprofesi sebagai dosen di universitas yang berbeda. Garry berada di semarang sedangkan Albin berada di Surabaya sendiri.
Seorang lelaki berkaos pendek dan boxer pendek menyusuri lorong hotel dengan lampu yang temaram. Ia bersiul dengan kepala mengangguk-mengangguk mengikuti ketukan. Sesampainya berada di kamar yang ia tuju, ia mengetuk pintunya. Tak meunggu lama, pintu terbuka dan seorang lelaki berparas menawan dengan kulit putih dan tubuhnya yang kekar menyambutnya dengan tatapan masam.
“Kenapa? Kamu tidak suka hotel pilihanku?” Garry menuju ke kasur untuk merebahkan punggungnya. “aku membelikan sesuatu untuk mu di perjalanan tadi!” ucapnya membuka plastik hitam yang ia bawa.
Albin pun menurut. Ia duduk di kursi depan kasur hotel. Albin juga penasaran apa yang ada didalam bingkisan yang Garry bawa. Garry membukanya dengan perlahan. Sebuah makanan yang berbungkus dengan daun pisang terlihat. Garry mengambil satu dan memberikannya kepada albin.
“Apa ini?”
“Poci! Ini adalah makanan kesukaanku dari kecil rasanya yang manis dari gula jawa membuatku ketagihan dengan poci ini, menurutmu bagaimana?”
“Enak”
“Hanya itu? tidak ada kata tambahan yang mendeskripsikan makanan ini?” protes Garry.
Albin menghela nafas dan membuang nafasnya dengan kasar. “apakah kamu menikmati berpacaran dengan pacarmu?” tanyanya.