Sesudah pertemuan pertama Albin dengan Anna ia pulang ke Hotel dengan perasaan baru yang sangat asing baginya. Hatinya terasa akan meledak dan mulutnya tak hentinya tersenyum sendiri. pikirannya dipenuhi dengan perempuan yang baru ia temui ia hari ini. dari sejak ia datang ke Jepara, baru kali ini tersenyum bahagia dan terlihat ramah dilihat pegawai hotel.
“Apakah hari anda sangat bahagia hari ini?” petugas Hotel di Resepsionis bertanya melihat kebahagiaan tergambar di wajah Albin.
Albin tertawa sebelum menjawab pertanyaan itu, “anggaplah seperti itu!” jawabnya.
“Baiklah" sahut petugas Hotel dengan sopan.
Setelah mengambil kunci kamar. Albin segera menaiki lift menuju ke kamarnya. Sepanjang perjalanan ia terus senyum ramah kepada orang yang ia lewati. Bahkan, ia tak sadar melakukan itu.
"Apa ini? kenapa aku seperti ini? apakah ini yang dinamakan cinta yang mulai bertumbuh?" Batinnya dalam hati.
Albin memasuki kamar dengan bersenandung kecil. Akan tetapi, ia terdiam melihat kamar hotelnya dengan lampu yang masih hidup. Ia berjalan dengan cukup hati-hati mendekati kamar tidur. Ia terperanjat kaget kala melihat seorang lelaki dengan tubuh cukup besar terbaring dengan tubuhnya yang telanjang. Ia mendengus kesal, kala mengetahui siapa yang berada di tempat tidurnya. Albin tak segan langsung mengambil bantal yang ditiduri oleh orang itu.
“Apakah kamu sudah gila?” teriaknya melemparkan bantal kepada Garry dengan Keras.
“Hei, anak manusia ini!!” protesnya karena lemparan bantal dari Albin.
Albin menghentikan aksinya melempari Garry dengan bantal. “Oh, jadi ini alasanmu mau memesankan hotel untukku? Agar kamu bisa keluar masuk gitu?. Seharusnya kamu bayar setengahnya!!” ucapnya penuh dengan kemarahan.
Garry beranjak dari tidurnya. Ia menelisik wajah Albin dengan seksama.
“Bagaimana hari ini?”
“Ah, Berhenti berbicara!”