Semilir angin di siang hari ini berembus cukup kencang. Awan mendung pun mulai mengerayapi langit yang tadi sangat cerah. Orang-orang yang berada di jalanan pun mulai mengebut untuk sampai tujuan sebelum hujan mulai turun. Namun, tak seperti orang sekitar Aqisha dan Garry malah melambatkan jalan motornya. Mereka menikmati terpaan angin yang berlari ke wajahnya. Seakan tak mau ketinggalan merasakan hawa dingin, Aqisha mulai mengeratkan pelukannya kepada Garry.
“Sangat aneh!” celetuk Aqisha di belakang Garry.
“Apa?”
“Orang-orang yang mengendarai mobil mulai menambahkan kecepatan mobilnya. Padahal mereka tidak akan kehujanan bila hujan turun sekarang!”
“Itu adalah kepekaan manusia. Orang yang memakai mobil, mulai mengendarai mobilnya dengan kecepatan bertambah karena mereka takut kehujanan. Itu terjadi secara reflek!” sahut Garry seakan ia sudah mengalami.
“Apaan? Kamu berbicara seolah kamu pernah merasakan hal itu!”
“Tentu saja belum!” Garry mengelak langsung dengan suara yang meninggi. “ten... tentu saja belum!” lanjutnya dengan suara yang lebih lirih.
“Gelagatmu sangat aneh” sahut Aqisha tak perduli.
“Enggak seperti itu” imbuh Garry menyakinkan kekasihnya. “aku pernah berkendara dengan Albin sebelumnya dan kita berdua merasakan hal itu!” sambungnya.
Aqisha menanggapinya dengan menganggukan kepala. Ia juga menambah mengeratkan pelukannya di perut Garry. Aqisha ialah seorang yang akan sangat mempercayai omongan dari orang yang ia sayangi. Akan tetapi, sekali orang yang ia cintai berbohong kepadanya walau hal kecil. Aqisha akan sangat benci dengan orang itu dan ia tak akan mengampuni kebohongan itu. Hal yang dibenci di dunia ini menurutnya adalah orang yang berkhianat kepadanya. Padahal Aqisha adalah orang yang sangat menaruh kepercayaan besar kepada orang yang ia cintai dan orang terdekatnya.
Perjalanan cinta Aqisha dengan Garry sudah berjalan dua tahun. Garry yang selalu ada di sisi Aqisha tak pernah sekalipun mengkhianati Aqisha. Begitulah, cara mereka bertahan sampai sekarang. Mereka berdua selalu jujur kepada pasangan mereka tanpa ada kebohongan yang ditutupi.mereka berdua selalu percaya kunci hubungan yang langgeng adalah kejujuran satu sama lain.
Kedua keluarga mereka telah merestui hubungan mereka berdua. begitupun kedua orang tua Aqisha sangat percaya memasrahkan Aqisha kepada Garry. kedua keluarga juga berharap hubungan mereka berjalan ke hubungan yang lebih sakral yaitu pernikahan. Akan tetapi, mereka berdua menolak dan ingin berkarir dulu. Garry juga menginginkan untuk bekerja lebih keras lagi dan mengumpulkan pundi-pundi uang untuk membiayai pernikahan impian mereka berdua. sifat kerja kerasnya Garry juga membuat kedua orang tua Aqisha memantapkan hati mereka menyerahkan Aqisha kepada Garry.
“Sayang, apakah kamu mereka berdua sudah jadian?” tanya Garry tanpa menjelaskan orang yang dimaksud.