Di siang hari yang sangat terik. Anna memasuki waralabanya dengan sangat anggun. Langkahnya terhenti kala melihat seorang perempuan yang ia kenal keluar dari rumah makannya.
“Mbak Rara, kok udah mau pulang?” tanya Anna dengan sangat ramah.
Rara tak langsung menjawab. Malahan ia memberikan tatapan tajam kepada Anna yang menyapanya. “tanyakan kepada ibumu. Kenapa dia membuatku tidak nyaman disini?” tukasnya dengan wajah yang tampak terlihat marah.
“Apa?”
“Hah, sudah aku mau pulang!” balasnya dengan cepat-cepat mengendarai motornya yang terparkir di depan.
Anna melihatnya pergi dengan wajah yang penuh tanda tanya. Ia melihat Rara sampai tak terlihat hingga sehelai rambutnya. Kemudian, ia menaiki tangga masuk dan menuju tempat kasir. Ia melihat kesana kemari mencari seseorang.
“Mbak Anna, sudah pulang?” Dian bertanya dari belakang Anna yang membuat Anna sedikit terkaget.
“Ibu dimana?”
“Tante...tante sedang pergi sebentar. Katanya ada urusan bersama om” jawab Dian dengan sedikit tergagap-gagap.
Anna menganggukan kepala. Lalu ia mengambil alih tempat kasir yang biasanya ditempati oleh ibunya. “Dian, ada apa? kenapa kamu masih disini?” tanya Anna yang masih melihat Dian yang masih berdiri di tempatnya tadi. Tatapan mata Dian juga sedikit gemetar. Seolah-olah ia sedang menyembunyikan sesuatu. “apakah kamu sedang sakit?” sambungnya.
Dian gelagapan mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Anna. “TIDAK” jawabnya dengan meninggikan nada suaranya.
Anna tersentak kaget. “Sungguh kamu tidak sedang sakit?” tanya Anna sedikit memelankan suaranya.
Dian menganggukan kepala. Lalu ia berlari meninggalkan Anna. “Kenapa dia sangat aneh hari ini?” ucap Anna pada dirinya.
“Mau bayar mbak!” ucap seorang pelanggan yang memecahkan kebingungan Anna.
“Silahkan pak” balas Anna dengan ramah.
Tak terasa bulan telah menggantikan tugas sang mentari. gemerlapnya bintang yang terus berkedip seolah melupakan hujan lebat di sore hari tadi. Anna mengendarai mobilnya menuju rumahnya. Sebelum ia pulang, ia mampir ke tempat penjual bolen. Ayah dan ibu Anna sangat menyukai roti khas ini.
Bolen adalah sebuah makanan yang mempunyai lapisan-lapisan renyah. Makanan ini terbuat dari tepung, margarin serta bahan lainnya. Walaupun makanan ini berisikan dengan pisang seperti halnya molen, akan tetapi yang membedakan adalah bolen memiliki isian yang bervarian. Isian bolen juga tidak hanya pisang, akan tetapi ditambahi dengan cokelat, keju, apel dan durian.
Sesampainya di rumahnya. Lampu teras rumah terlihat temaram. Dari dalam rumah juga tidak terdengar suara ocehan dari televisi seperti biasanya. Apakah ayah dan ibunya belum sampai di rumah. kemudian, mencoba membuka pintu. Pintu rumah tidak terkunci. Artinya kedua orang tuanya sudah berada di rumah.
“Ayah Ibu!” ucapnya memasuki ruang tamu. Tapi ia tak mendengar sahutan dari dalam. Ia terus melanjutkan jalannya menuju dapur. “ayah ibu” katanya lirih melihat kedua orang yang sedang ia cari.
Ayah dan ibu langsung menghentikan obrolan. Terlihat dari wajah mereka yang serius. Pasti mereka sedang membicarakan masalah yang serius.
“Kamu sudah pulang?” tanya ibu yang menjauhi tatapan mata dari Anna.”akan ibu siapkan makanan untukmu!” sambungnya sibuk menghidupkan kompor.
“Iya” sahutnya. Ia kemudian meletakan bingkisan yang ia bawa diatas meja. “Ayah, aku bawakan bolen buat camilan malam” terangnya.
“Oh, sungguh!” sambut ayah dengan sangat antusias.
Anna terus mengamati perilaku kedua orang tuanya sedang mempunyai masalah. “Ayah ibu apakah urusan di luar tadi berjalan lancar?” tanya Anna membuka pembicaraan.
“Tentu saja!” sahut ayah. “apa kabar Albin? Dia sudah pulang kan?” tanya ayah mengalihkan pembicaraan.
Anna mengangguk. “iya, dia sudah pulang dua hari lalu!” jelasnya.
“Seharusnya kamu memperkenalkannya kepada ibu dulu sebelum ia pulang!” protes ibu yang membawa mangkus berisikan sup ayam.