Oma...
Teriakan cempreng dari Ariel. Anak kedua dari Kiana yang berusia lima tahun. Walaupun tingkahnya yang membuat jengkel. Akan tetapi, seluruh keluarga merasa terhibur dengan kehadirannya.
“Ada apa, riel?” mama melepaskan celemek dan menyusul cucunya yang berbadan gembul itu. “kenapa?” tanyanya sambil menggendong cucu perempuannya.
“Kata opa, tali buat mendirikan tendanya putus. Terus disuruh ambil di gudang” ucap Ariel dengan gaya bicara anak kecil yang menggemaskan.
“Begitukah, kalau begitu bangunin om Albin buat ambil talinya!”
“Kenapa om Albin belum bangun padahal hari sudah mau siang?” keingintahuan Ariel di mulai.
“Kenapa ya? Om Albin tadi malam kecapekan karena pergi keluar kota menemui calon tante Ariel!” jelas mama memberi pengertian.
“Apakah sangat jauh?”
Anak kecil di umurnya Ariel memang banyak yang ingin mereka ketahui. Apalagi jika ia sangat aktif harus ekstra sabar menghadapi pertanyaan-pertanyaannya dan segala tingkahnya sehari-hari.
Mama pun akhirnya mengantarkan Ariel menuju kamar Albin yang masih tidur setelah kemarin pergi ke rumah Anna. Setelah satu bulan kepindahan Arkan, Albin merasakan kesepian yang amat sangat. Apalagi ia sangat merasakan kehampaan dengan kehadiran seorang kekasih. Akhirnya, selama dua hari kemarin Albin berkunjung ke Jepara untuk quality time dengan Anna.
“OM ALBIN” suara cempreng Ariel setelah berada di kasur berukuran king size milik Albin.
Sontak saja teriakan itu membuat Albin terbangun dari tidurnya. Matanya menyipit melihat anak kecil berada di kasurnya.
“Om masih mau tidur!” rengekan Albin kepada anak kecil.
Ariel maju dan mendorong badan Albin yang gagah untuk bangun. “ENGGAK BOLEH! OM ALBIN HARUS BANGUN” perintahnya.
Albin menyipitkan matanya dan membuat tatapan marah untuk Ariel.
“Enggak mau!” jawab Albin menggelengkan kepala.
“Mau”
“Enggak”
“HARUS MAU OM ALBIN!” protes Ariel menghentakkan kakinya di kasur dengan tangan mengepal seperti anak kecil yang rebutan mainan.
Albin akhirnya menyerah. Ia bangun dengan sedikit lunglai dan rambut yang masih berantakan. Ia kemudian mengusap wajahnya dengan kasar. Lalu sedetik kemudian, ia mengayunkan badan Ariel ke pelukannya. Ariel yang kaget langsung meronta-ronta di pelukan Albin. Akan tetapi, Albin terus mendekap badan Ariel sekuat tenaga dan terus menciumi Ariel.
“OM ALBIN TURUNKAN ARIEL” rengek Ariel dengan sekuat tenaga.