DANDELION

Ludiamanta
Chapter #11

11

2 hari sebelum acara keluarga Albin

Hiruk pikuknya fajar terasa di setiap jalan. Albin yang berangkat ke luar kota sebelum terbitnya matahari sangat santai dengan suasana itu. Semua itu dia lakukan karena perasaan rindu yang menumpuk dirasakannya sudah tak tertahankan. Hari ini adalah saatnya untuk dia memecahkan gelembung rindu yang sudah besar. Beberapa jam lagi ia akan bertemu dengan pujaan hatinya, Roseanna Aara. 

Albin bersiul dengan perasaan gembira di dalam hatinya. Ia terus bersiul dengan nada gembira sepanjang jalan dan tak pernah ia menunjukkan wajah tak bahagia. Sesampainya di hotel, ia langsung chek in dan memasuki kamar hotel. Layaknya orang yang lelah menempuh perjalanan dua jam lebih dan langsung tertidur karena kelelahan, Albin malah langsung bergegas mandi dan berdandan rapi. 

Setelah selesai dengan urusan pribadinya, Albin langsung turun dengan kunci mobil di tangannya. Ia tampak lebih bahagia saat akan menemui kekasihnya. Ia juga tak lupa menyapa karyawan hotel dengan senyumnya yang lebar. 

“Anda mau pergi sekarang?” tanya seorang pria dari karyawan hotel. 

“Iya!” sigap Albin menjawab dengan bersemangat. 

“Sarapanlah dulu. Anda baru datang dan pasti lelah karena perjalanan jauh”

Albin menggelengkan kepala, “Tidak, aku tidak merasa lelah karena akan bertemu dengan orang yang ingin sekali aku temui. Kalau begitu, sampai jumpa” pamitnya bersikap ramah dan langsung bergegas untuk bertemu Anna.

Sebuah dekapan erat melingkari perut buncit ayah Ahmad. Namun sang ayah tak bergeming dan merasa nyaman mendapatkan pelukan dari putri tunggalnya itu. “Ayah aku sangat lelah dengan segala kerinduan ini!” keluh Anna yang mengeratkan pelukannya. Ayah pun membersihkan busa di tangannya. Dia mengambil istirahat sejenak dari mencuci piring karena diganggu oleh putrinya. 

Ayah berbalik badan dan memandang putrinya dengan penuh perhatian. “Cinta yang tepat tak akan pernah membawa kita pada jurang yang gelap gulita” tutur Ayah. 

“Apa artinya?”

Ayah terdiam begitu lama sambil tersenyum lebar kepada Anna, “Jika perasaan kalian berdua murni dan tulus. Tak ada yang bisa menghalangi jalan kalian, bahkan jarak sekalipun!” jelas ayah berlalu meninggalkan Anna sendiri. 

Lihat selengkapnya