DANDELION

Ludiamanta
Chapter #12

12

Riuh suasana mall paragon city di Semarang pada siang hari memenuhi gendang telinga. Musik yang diputar pun ikut menambah riuhnya suasana. Apalagi ini hari libur dan para keluarga berbondong-bondong untuk menghabiskan waktu dengan keluarga mereka. 

Aqisha yang sendiri menunggu keluarga ayahnya itu merasa kesepian melihat semua keluarga yang datang berbondong-bondong. Ia terus memainkan jari-jari kakinya karena bosan menunggu orang yang dinanti. Aqisha dengan keluarga ayahnya yang termasuk gibran, ibu tirinya dan kedua putra kembar ayahnya mempunyai jadwal rutin bertemu sekali dalam sebulan. 

Kedua orang tua Aqisha dan Gibran telah berpisah sejak Gibran masuk SMP. Aqisha ikut ibunya sedangkan Gibran adik laki-laki Aqisha ikut sang ayah yang sekarang sudah menikah dan hidup di Semarang. Walau kedua orang tua mereka berpisah dan sudah mempunyai keluarga sendiri. Aqisha dan Gibran mempunyai waktu menghabiskan dengan keluarga orang tua mereka. Seperti sekarang, jadwal Aqisha yang mengunjungi keluarga ayahnya yang berada di Semarang. 

“Mbak Aqisha”

Aqisha menoleh dan tersenyum sumringah melihat siapa yang datang. dia langsung berlari kecil untuk memeluk gibran. Gibran pun tak mau kalah dan langsung berlari ke pelukan kakaknya. Walau mereka kadang berantem saat bertemu. Akan tetapi mereka saling menyayangi dan merindukan satu sama lain. 

“Perjalananmu tadi amankan?” tanya ayahnya Aqisha sambil mengusap rambut Aqisha penuh kasih sayang.

“Iya, Pa” sahutnya. Kemudian ia menyalimi ibu tirinya dan menyapa adik kembarnya. 

“Kalau begitu, ayo masuk” ajak ibu kembar. “Aqisha ambil apa saja yang kamu butuhkan nanti biar mama yang bayar!” ramahnya memberikan kenyamanan untuk anak dari suaminya. 

Aqisha mengangguk. “terimakasih ma!” sambungnya kemudian. 

Ayah dengan istrinya dan bocah kembar berpisah dari Aqisha dan Gibran karena mereka ingin membeli kebutuhan bocah kembar. 

“Apa kabarmu?” Aqisha membuka pembicaraan. 

“Ya, aku harus hidup rajin, berangkat kuliah setiap hari dan makan teratur. Hidupku Cuma begitu-begitu saja mbak!” Gibran mengambil kotak mainan di rak depannya. 

“Ibu menitipkan salam padamu”

“Hanya itu?” tanya Gibran menatap mata kakaknya. 

Aqisha tersenyum mengerti maksud dari adiknya itu. lalu mengambil sebuah amplop berwarna putih dari dalam tasnya dan memberikan pada adiknya. Gibran tersenyum menerima amplop pemberian dari kakaknya. 

“Kamu tabung untuk apa uang yang diberikan ibu?” Aqisha sangat ingin tahu tentang tabungan yang ia dapatkan dari uang saku ibu.

Lihat selengkapnya