Pagi hari di rumah Aqisha. Semua anggota keluarga bersiap untuk melakukan aktivitas mereka. di mulai ibu yang sedang sibuk memasak dapur. Bapak yang bersiap bekerja sambil membantu Rayyan bersiap pergi sekolah. Kemudian Aqisha yang masih sibuk mempercantik diri untuk pergi bekerja. Kegiatan rutin yang selalu mereka lakukan setiap harinya, tapi hari ini berbeda, mereka kedatangan tamu istimewa yaitu Gibran. Setelah semalam mengantarkan Aqisha, ia kemudian ditahan oleh ibu untuk menginap di rumah.
“Aqisha sarapan dulu sama ayah dan adikmu” teriak ibu memenuhi telinga di pagi hari.
“Iya, bu!”
Ibu melangkahkan kakinya menyisir ruang tengah dan menghampiri Gibran yang berada di halaman rumah, yang sibuk memanaskan mobil.
“Apakah kamu sudah selesai?” senyum cerah ibu melihat putranya yang tak serumah dengan dia.
“Kurang sedikit lagi, bu” ucap Gibran.
“Ayo kita makan dulu” ajak ibu memaksa.
“Aku datang” Gibran meninggalkan mobil dan menyusul ibu.
Ibu tersenyum. Ia kemudian merangkul putra yang jarang ia temui. “Sejak kapan putra ibu bertumbuh besar seperti ini?” pujinya memijat lengan kekar Gibran.
Gibran tersenyum. “Ibu harus sehat selalu. Agar bisa melihat Gibran tumbuh lebih besar dan kuat di masa depan” balas Gibran.
“Oke, ibu akan selalu menjaga kesehatan dan bisa mendampingimu sampai kapanpun” tutur ibu tersenyum bahagia.
Di meja makan. Semua sudah berkumpul dan mulai makan sarapan mereka, kecuali Gibran dan ibu yang masih banyak sarapannya karena mereka terlambat datang.
“Nanti kalau mau pulang, kabari aku!” pesan Aqisha yang duduk disamping Gibran.
“Kenapa harus mengabari kamu?” balas Gibran dengan angkuhnya.
Aqisha mengertakkan giginya dengan lirikan tajam matanya. “Kamu berani membantah kakakmu!” sahut Aqisha yang langsung menoyor kepala Gibran.
“Aqisha jangan memukul kepala Gibran seperti itu dihadapan Adikmu!” ucap ibu yang khawatir Rayyan akan mencontoh perbuatan Aqisha.