Suara dentingan piring dan sendok beradu terdengar dari seberang telfon. “Bagaimana dengan hidup sekarang? Apakah kamu makan dengan lancar?” tukas Albin sambil menaruh ponselnya di kuping kanannya.
“Kamu pikir aku susah makan di kampung halamanku?” cetus Arkan bertanya balik.
“Tidak ada gunanya aku mengkhawatirkanmu. Kalau kamu saja masih kuat menelan banyak makanan!”
“Tidak ada yang menyuruhmu untuk mengkhawatirkanku!”
Albin menghembuskan nafas kasarnya.
“Kamu bakalan datengkan ke pernikahan aku nanti?” Arkan memastikan albin untuk datang ke pernikahan Arkan yang akan diadakan bulan depan.
“Tentu saja”
“Papa dan mama kamu ajak juga kan?”
“Iya”
“Ajak juga pacarmu. Kan daerah aku juga gak jauh dari rumahmu pacarmu!”
“Tidak!” tolak Albin dengan tegas.
“Kenapa?”
“Ah, sudahlah. Aku mau ke bawah untuk makan. Udah mau gua tutup telfonnya!” tanpa persetujuan dari Arkan, Albin langsung saja menutup telfon dan bergegas keluar kamar.
Di ruang makan, seluruh keluarga berkumpul dan serta salsabila berserta suami dan anaknya malam ini berniat menginap di rumah orang tua. Albin yang melihat makanan dan langsung ingin berlari menuju ruang makan memutuskan mengundurkan niatnya. Albin malah melipir ke arah sofa tempat anak salsabila sedang tertidur pulas dan menciumnya sekuat tenaga.
Melihat anaknya yang terusik tidurnya dari serangan ciuman Albin. “Berhenti menciumi pipinya saat ia tidur, Albin” protes Salsabila yang marah melihat perilaku Albin. “Kesinilah utuk makan makananmu!” suruhnya memanggil adiknya agar tak mengganggu anaknya yang sedang tertidur.