“Tunggu dulu, siapa lelaki di depan hotel itu!” teriaknya menunjuk lelaki yang dimaksud.
“Siapa?” lirih Anna melihat ke arah yang ditunjuk Aqisha.
Aqisha menepikan mobil. Menurunkan kaca samping Anna. “Mas Gary” teriaknya dari dalam.
Gary yang merasa dipanggil membalikkan badan. Ia yang melihat Aqisha di dalam mobil membalas senyuman yang canggung.
“kenapa ada di sini?” teriak Aqisha.
“A...Aku...” Gary menjawab gagap pertanyaan Aqisha.
“Motormu? Kamu tidak membawa motor? Cepat masuk ke mobil. Aku antarkan pulang!” ucap Aqisha antusias melihat kekasihnya yang tidak sengaja bertemu.
Tanpa ragu-ragu Gary masuk dengan sigap. Kemudian Aqisha kembali melajukan mobilnya.
“Hai Anna!” sapa Gary setelah memasuki mobilnya. Anna membalas dengan senyuman sambil sedikit menolehkan kepalanya ke belakang.
“Apakah kamu melamar di hotel untuk mencari sampingan?” tebak Aqisha tanpa aba-aba.
“Tidak” Gary mengelak sedikit berteriak.
“Aku hanya bercanda!” sahut Aqisha. “ tumben memakai pakaian rapi dan berjas pula. Aku pikir kamu tidak bisa bersyukur dengan gaji dosen hahaha” candanya.
“Kamu harus membaik-baikkan kekasihmu!”
Hal baru bagi Aqisha melihat kekasihnya berpakaian rapi dan berjas. Selama menjalin hubungan ia belum pernah melihat gary berjas seperti ini. Bahkan saat mengajar, Gary bergaya sesederhana mungkin. Ia hanya memakai kemeja berbagai warna dengan satu model. Itu saja ia beli setiap ada diskon di mal. Aqisha yang melihat kebiasaan itu miris dengan gaya hidup kekasihnya. Akan tetapi, Gary selalu menolak saat Aqisha akan membayarkan baju yang lebih mahal dari biasa yang ia beli.
“Lalu ada apa kamu berpakaian rapi dan di depan hotel?” selidik Aqisha penuh tanda tanya.
“Benar sekali. Tidak seperti biasanya berpakaian seperti itu” sambung Anna yang ingat kesederhanaan Gary dari cerita Aqisha.
Gary terdiam. Matanya sibuk mencari jawaban dan tak berani menatap mata Aqisha di kaca supir.
“Apaan. Kamu mencurigakan sekali!” tukas Aqisha.