Tok tok tok
Mama masuk ke kamar dengan membawa minum dan beberapa cemilan. “belum selesai juga?” tanya mama yang melihat Albin masih sibuk.
“Sedikit lagi, Ma. Mama belum tidur?”
“Aku tidak sabar melihat perempuan mana yang kamu perjuangkan seperti ini?”
“Mama harus menyiapkah hati untuk tegar melihat kekasih Albin” ejeknya sambil memandang wajah mamanya yang kian menua.
“Apakah mama akan cemburu kepadanya?”
Albin menganggukan kepalanya dengan mantap.
Mama menatap anaknya itu dengan tatapan yang penuh kasih sayang. Ia kemudian mengusap lembut rambut Albin. “Segeralah tidur. Tidak baik tidur larut malam dan mama juga tidak ingin kamu menemuinya dalam keadaan tidak sehat, paham?” pesan mama meninggalkan kamar Albin.
Tak berselang lama. Dering panggilan dari hape Albin berbunyi. Ia tersenyum cerah melihat nama yang tertera dari panggilan itu.
“Selamat malam cantik!”
Albin meninggalkan pekerjaannya dan merebahkan badan di kasur sambil berbincang dengan sang pujaan hatinya.
Mobil hitam yang mengkilap terparkir rapi didepan rumah Albin. Kiana, salsabila berserta suami dan anak-anaknya berdiri di teras rumah. Tepat di hari ini, Albin dengan kedua orang tuanya bersiap pergi ke Semarang. Besok adalah hari bahagia milik Arkan dengan calon istrinya.
“Mama, titip rumah berserta isinya mbok. Nanti kalau ada apa-apa kabari kiana dan salsabila. Jangan lupa setiap sore hidupkan lampu rumah” pesan mama pada simbok yang sudah bekerja dengan mama sejak menikah dengan papa.
“Ibu juga kembali cepat dan sehat ya!” balasnya.
“Albin, jaga mama sama papa. Awas kalau mereka kenapa-kenapa, kamu akan hancur ditanganku” ancam Salsabila pada Albin.
“Bagaimana kamu mendapatkan wanita jahat ini menjadi istrimu sih bang?” tanya Albin pada suami Salsabil yang berdiri di sampingnya. “lagian ya, kami pergi tuh Cuma satu minggu loh, satu minggu. Apa harus kalian nganterin kita rame-rame begini!” celetuknya lagi.
“Kami di sini enggak nganterin kamu pergi ya. Kami mau nganterin mama sama papa. Berhenti percaya diri seperti itu” sahut Kiana.
“Kayaknya kita juga tidak mengkhawatirkan dia juga sih mbak!” salsabila ikut menambahi.
Albin mengangguk dan menyeringai. “Oke. Jangan sampe kalian berdua bilang rindu ama aku!”
“Albin jangan ngomong terus. Cepet hidupin mobilnya!” perintah papa menghentikan pertikaian ketiga saudara itu.
“Iya, pa!” sahutnya. “kalian tidak mau minta nomor rekeningku untuk uang saku ku?” Albin mengajukan diri kepada kedua kakaknya.
“Pergilah sekarang!” lirih kedua kakaknya menyahut.
Hari keberangkatan Albin ke Semarang sudah berlalu. Albin dan kedua orang tuanya pun sibuk bersiap untuk menghadiri pernikahan Arkan.
“Apa mama sudah cantik?” Mama bertanya kepada Albin.
“Mama selalu cantik!”
“Bilang mama cantik tapi sambil ngadepin hape” keluh mama yang sedari tadi melihat Albin sibuk dengan hapenya.
“Mama selalu cantik tanpa Albin lihat!” ucapnya sembari memeluk sang mama.
“Lantai berapa pernikahannya?” tanya papa yang memasuki lift hotel.