“Mama, apa yang mama lakukan?” Albin menghampiri mamanya yang sibuk memilih buah-buahan untuk dibawa ke rumah Anna.
“Mama sedang memilih buah-buahan!” sahut mamanya cukup santai.
“Albin tidak bertanya sekarang, tapi Albin bertanya apa maksud ucapan mama di mobil tadi” Albin menghela nafas sejenak. “seperti inikah sikap mama saat bilang akan mengikuti keputusan Albin apapun itu yang terpenting Albin bahagia?” merajuknya penuh kekesalan.
Mama menarik nafas dalam. Kemudian, mengamati wajah putranya dalam-dalam. Albin pun ikut membaca wajah diam mamanya. “sejak kapan putra ibu satu-satunya sudah tumbuh sebesar ini? baru kemarin kita berempat bahagia karena mempunyai kamu dalam hidup kami. Mama tidak pernah menghalangi apa yang kamu sukai, bahkan jika yang kamu lakukan tidak sesuai dengan hasil yang kamu maksudkan, mama akan selalu menjadi orang pertama yang selalu menyokongmu!” ucap mama.
Tangan mama meraih wajah tampan Albin. Mata mama sedikit berair, “apakah kamu benar-benar sudah mantap dengan pilihanmu?” tanya mama dengan suara yang sedikit bergetar.
Albin meraih tangan mamanya yang berada di wajahnya. Albin menatap dalam mata ibunya yang penuh kasih. Mulutnya terasa kelu secara tiba-tiba. Padahal ia memiliki jawabannya sejak tadi. Tapi tatapan mata mamanya membuat ia tidak tega menyakiti hati sang mama dengan jawabannya.
“Kamu adalah anak mama yang paling mama sayang. Kamu berjuang demi keadaanmu sekarang tanpa bantuan mama dan papa. Kamu tidak ingin merepotkan papa mama setiap kamu kesulitan. Bagi mama, Albin adalah anak yang sangat berbakti dan patuh terhadap orang tua. Bahkan jika mama disuruh memilih, mama ingin kamu mempunyai manja kepada orang tua. Karena kamu bungsu di keluarga kita, mama ingin berkali-kali mendengar rengekanmu!”