Sebulan sudah Sean di Sekolah barunya, setiap harinya ia menerima banyak hadiah dari para gadis. Dirinya makin populer saat semua orang tahu bahwa Sean adalah anak tunggal dari pemilik perusahaan intelijen yang terkenal di setiap penjuru dunia, dan ayahnya merupakan jajaran seratus orang terkaya di Dunia. Sekolah baru Sean memang bukan sekolah pada umumnya, sekolah swasta ini diperuntukan untuk orang-orang dengan tingkatan sosial cukup tinggi. Bagaimana tidak, fasilitas luar biasa yang ditawarkan membuat harga tahunan bersekolah di sini cukup tinggi dengan kualitas guru dan reporasi yang amat baik menjadi nilai tambah untuk sekolah tersebut. Banyak anak para pejabat, dan anak para milyader yang bersekolah di sekolah tersebut.
Guru tengah menjelaskan beberapa materi di depan kelas, semua anak menyimak. Namun beda halnya dengan Sean ia malah menatap keluar jendela, suasana di lapangan lebih menarik perhatian daripada guru di depannya yang tengah berbicara dalam bahasa Prancis. Hingga maniknya menangkap sosok gadis yang tengah duduk di sisi lapangan, alih-alih mengikuti pemanasan dengan siswa lainnya gadis itu terlihat menunduk.
“Kenapa dengan dia?” Sean bertanya pada dirinya sendiri. Namun gadis itu seperti mendengar pertanyaanya, dan gadis itu terlihat mengangkat sebuah buku. “Oh lagi baca buku ternyata.” Jawabnya kembali. Sean kemudian tersenyum saat gadis itu menguap. Sean terus memperhatikan gadis itu, ia seperti pernah bertemu dengan sang gadis. Apakah dirinya benar-benar pernah ketemu? Kalaupun iya, dimana? Sean terus mengingat. Baim yang memperhatikan Sean merasa aneh, “Kenapa lo?” akhirnya ia memutuskan untuk bertanya.
“Apa lo kenal sama tuh cewek?” Sean jengah, karena ia tak ingat dimana dia bertemu dengan gadis tersebut. Ia akhirnya bertanya pada Baim, “Oh itukan Tiara, kalo gak salah kita pernah ketemu di aula makan siang deh.” Baim kemudian fokus kembali pada sang guru yang tengah mengajar dan Sean kembali menatap kearah lapangan namun Tiara sudah tiada di sana, pelajaran olahraganyapun terlihat sudah berakhir.
Bel sudah berbunyi, waktu istirahat telah tiba. Semua murid berhamburan keluar kelas, ada yang pergi ke minimart membeli camilan untuk mengganjal perut sebelum jam makan siang, ada yang menuju ke lapangan untuk bermain sambil berolahraga, ada yang pergi keperpustakaan dan bahkan ada yang hanya di kelas saja menyempatkan untuk tidur sebelum pelajaran selanjutnya di mulai.
“Anter gue ke perpustakaan dong mas bro.” Baim meminta bantuan Sean mengantarnya ke perpustakaan, awalnya Sean males sih tapi Baim terus merengek dan membuat Sean kesal akhirnya ia memutuskan untuk mengantarnya, tentunya dengan terpaksa.