Saat punggung Bagas sudah tak nampak lagi. Rarapun kembali berjalan sambil bernyanyi-nyanyi riang menuju sekolah. Tetiba angin menghembus dan menggiring Dandelion bersamanya.
Rara. Si gadis pelupa itu sangat suka dengan Dandelion. Bentuknya yang bulat dan lembut seperti, apa ya namanya? Katanya lupa.
Setiap kali melihat Dandelion terbawa angin, menghampirinya. Rara selalu ingin mengejarnya. Tangan yang kecil dan pendek itu mengulur-ulur ke udara seraya berusaha menggapainya. Menggapai Dandelion yang memiliki tempat istimewa di hatinya. Dandelion yang selalu bermain dan berlari-lari di udara.
Kakinya terus melangkah. Matanya hanya melihat kepada satu titik, Dandelion. Ia bahkan tidak sempat memperhatikan langkah kakinya. Hingga kakinya tak sengaja menginjak roknya yang panjang dan iapun terjatuh.
Dandelion itu seperti paham dan mengerti. Ia mempermainkan Rara dengan berdiri di atas tanah, setinggi dengan mata Rara yang sedang jatuh.