Dandelion yang Hilang

Dunia Gerhana
Chapter #2

Luruhnya Pappus Dandelion (Part 2)

“Ting tong...ting tong..”Bel berbunyi berkali-kali.

Seorang wanita paruh baya berumur 40 tahun mengintip dari balik jendela mencari tahu keberadaan siapa orang yang iseng menekan tombol bel sampai berkali-kali. Seorang lelaki tampan berkulit putih dengan mengenakan setelan baju kaos dengan celana pendek pun memperhatikan wanita tersebut.

“Mah!!!”panggilnya perlahan mendekati wanita paruh baya tersebut.

“Iya, kenapa sayang?” sahut wanita paruh baya tersebut sambil menghadapkan wajahnya ke hadapan lelaki tersebut. Senyumannya sangat hangat, senyuman seorang ibu kepada anaknya.

“Mamah ngapain ngintip dari balik jendela?” tanya lelaki tampan berkulit putih dengan sedikit ragu dan bingung.

Wanita tersebut tersenyum manis ke hadapannya. “Mamah lagi merhatiin sebenarnya siapa orang yang jail di siang bolong gini sayang.”

“Mamah ini ada-ada aja deh,” ucapnya lelaki tersebut dengan sedikit tawa.

Wanita tersebut hanya tersenyum manis kepada anak semata wayangnya tersebut ketika anaknya menggodanya.

Sudah 2 tahun mereka hanya tinggal berdua di rumah yang berukuran cukup besar. Suaminya meninggal karena kecelakaan yang sangat tragis. Ia bekerja sebagai direktur di perusahaan ternama Jakarta meneruskan bisnis suaminya. Suaminya merupakan CEO yang sangat hebat sehingga mempunyai banyak perusahaan di berbagai daerah dan yang menjadi pusatnya ada di Jakarta. Ia hanya mempunyai satu anak laki-laki yang menemaninya di rumah setelah pulang bekerja. Tahun ini, anak semata wayangnya tersebut akan memulai studinya di bangku kuliah. Sebenarnya anaknya mempunyai kesempatan melanjutkan kuliah di luar negeri, namun anaknya khawatir meninggalkan dirinya sendirian di rumah sehingga memutuskan untuk kuliah di kampus ternama di Jakarta agar selalu dekat dengan dirinya. Baginya, anaknya adalah hidupnya.

I know i am not alone...oh....oh.” Nada dering panggilan telpon berdering sangat keras.

“Mah, aku tinggal dulu ya,”pamit anaknya berlari menuju kamarnya setelah mendengar nada dering telponnya.

Tangannya segera memencet tombol hijau di layar hp dan langsung menjawab telpon tersebut dengan nafas yang masih terengah-engah, “Halo, ada apa bro?”

“Oh yaudah ketemu besok aja di tempat biasa,” jawabnya sambil menutup pembicaraan.

Pratama Setya Herlambang adalah nama lelaki yang memiliki paras yang sangat tampan tersebut. Ia memang orang yang sangat penurut. Namun ia cenderung tertutup kepada orang lain kecuali kepada orang yang sangat dekat dengannya. Kegemarannya adalah traveling dan memotret alam. Ia selalu meluangkan waktunya untuk mengunjungi berbagai tempat yang ia anggap bagus untuk dijadikan objek potretnya. Besok sore, ia mempunyai janji dengan temannya yang mempunyai hobi yang sama untuk berkunjung ke suatu tempat. Tempat yang berbeda dari biasanya. Jika dilihat dari gambarnya tempat tersebut tidak banyak dikunjungi oleh orang, karena tidak ada sebuah keindahan yang dapat diambil. Tempat tersebut berisi ribuan tumbuhan liar yang tumbuh sangat cepat atau biasa disebut dengan rerumputan. Namun ia yakin, ia akan menemukan sebuah keindahan yang tak terlihat oleh mata, ia akan menemukan sebuah keindahan yang sesungguhnya di tempat tersebut.

“Lebih baik gue liat-liat dulu di google gimana keadaan terakhir tempat tersebut.” Tangannya menggerakkan layar ipad dengan sangat gesit.

What, tumbuhan apa ini?” Pujinya kaget saat ia menemukan gambar bunga dandelion di laman hasil pencariannya tentang tempat tersebut.

“Eh tunggu-tunggu ada link yang menghubungkan gambar tersebut, gue klik aja ya biar tau lebih jelas.” Tama semakin penasaran dengan tumbuhan tersebut.

I grow up to be Dandelion.” Bacanya saat mendapati sebuah ungkapan di bio dari sebuah blog hasil dari mengklik link tersebut.

“Oh jadi tumbuhan ini tuh namanya Dandelion, wah banyak banget foto-fotonya, tapi kok foto pemiliknya gak ada ya.” Ia semakin penasaran dengan pemilik blog tersebut. Jarinya yang lihay mengusap layar ipad tersebut.

Wajahnya tersenyum, akhirnya ia menemukan. “Nah ada fotonya, tapi kok cuma foto tangan yang menggenggam bunga tersebut dan gak ada wajahnya sih”, ia mengurungkan senyumannya karena ia tetap tidak menemukan foto pemilik blog tersebut. Ia pun tertidur, kelelahan mencari-cari pemilik sebenarnya blog tersebut yang tidak membuahkan hasil. Blog yang penuh dengan teka-teki, mungkinkah pemiliknya seseorang yang sangat tertutup?

Keesokan harinya, sebuah mobil sport berwarna biru berhenti di depan ladang yang dipenuhi tanaman liar. Angin sore yang dingin berhembus perlahan bersamaan belalang yang ikut berterbangan di area tersebut. Kedua laki-laki tersebut bergegas turun dari mobil dengan membawa seluruh peralatan yang akan digunakan untuk memotret. Tama melangkah memasuki ladang tersebut dengan tangan yang perlahan memotret suasana sore tersebut.

“Eh gue ke sebelah sini ya, nanti kita kumpul disini lagi,” teriaknya kepada temannya yang sedang mengeluarkan alat potretnya dari tas hitam berukuran sedang.

“Oke oke.”

Ia berjalan sambil menikmati udara sore yang segar dengan suasana hati yang sangat senang karena bisa menyalurkan hobinya. Ketika kakinya melangkah, ia mendengar sebuah teriakan, “kak Andrea sini kita tiup bareng bunga ini”. Terikan itu berasal dari seorang gadis yang keberadaanya tidak jauh dari tempatnya berdiri. Ia mengikuti suara tersebut berasal. Ia menemukan sebuah tempat yang sangat indah. Bangku panjang dilengkapi meja, lampu berwarna-warni yang saling terhubung dari pohon satu ke pohon lainnya mengelilingi tempat duduk tersebut. Seorang gadis cantik jelita mengenakan dress putih dilengkapi kalung berbentuk bulat bening yang berisi serbuk sari dandelion dengan rambut yang tergerai. Di tangannya terdapat sekuntum bunga dandelion yang siap untuk ditiup. Tangannya dengan gesit mengambil kamera dan mendekatkan ke wajahnya dan mulai membidiknya.

Lihat selengkapnya