Hujan merintik semakin deras, halaman panti terlihat berlumpur dan tergenang air, decitan ayunan yang berlenggok mengikuti arah angin membuat suasana menjadi suram. Kalena melihat hujan dari dalam jendela kamar, berulang kali decakan kesal keluar dari bibirnya yang terpoles lipstik mate, ia menggerutu ketika hujan turun dan terus mengutuk tak sabar.
" Kalau begini terus bagaimana aku bisa kesana?!" Kalena menatap langit yang menghitam, kemudian melihat jam dinding yang sudah menunjukkan jam tiga sore.
" Riko pasti sudah pulang..huuhh!!" Kalena menghentakkan kakinya ke lantai. Kemudian, bergegas keluar kamar mencari teman-temannya, tampak Sumi dan Kara duduk di ruang tamu asyik menonton tivi.
" Hei, kalian.. enak-enakan yah nonton disini!!" Kalena membentak kedua gadis di depannya, merebut remote tivi dari tangan Sumi.
" Apaan seh Len..ganggu saja!" Sumi nampak kesal di perlakukan kasar. Kalena melotot marah.
" Eh berani jawab lagi??!" Sumi terdiam, kepalanya menunduk namun, hatinya memaki.
" Kamu kenapa seh Len..datang marah-marah sama kita?" Kara yang berbadan lebih besar dari Kalena menatap kesal, ia tak takut dengan gadis di depannya hanya saja ia lebih memilih tidak mencari masalah dengan Kalena.
" Aku bosan, hujan seharian aku tidak bisa bertemu Riko!!" Kalena merebahkan tubuhnya di atas sofa, membuang pelan remote tivi di pangkuan Sumi.
" Nanti kan juga ketemu waktu makan malam.." sahut Kara.
" Terlalu lama.. dia kan pasti sudah kembali ke asrama,lagipula belum tentu dia ikut makan malam.." Kalena memainkan jemarinya di antara rambut, berkata manja. Sumi yang melihatnya seperti itu hanya bisa mendengus di dalam hati.
" Kita lihat saja nanti..ayo Sum kita ke dapur!" Kara memberi isyarat pada Sumi untuk pergi, sejujurnya ia juga terlalu males mendengar rengekan manja nan berlebihan Kalena. Sumi beranjak dari duduknya dan melangkah pergi.
" Kalian kemana?? Seenaknya saja main pergi!!" Kara yang mendengar celoteh Kalena hanya menoleh sesaat.
" Kemana lagi, hari ini kan giliran kami di dapur!" Kalena mendengus kesal, matanya memutar melihat ke sekeliling, sepi, dengan langkah malas ia pun akhirnya pergi mencari masalah yang lain.
....
Aku mengangkat sepatuku tinggi-tinggi ketika melewati jalanan berlumpur, bajuku sudah setengah basah dan bernoda tanah, dengan langkah tergesa aku selipkan sepatu kotorku di antara semak-semak rimbun di bawah jendela kamar, agar aku mudah mengambilnya dan mencucinya, aku merapikan rambut lurusku yang basah karena hujan, kemudian mengikatnya ke belakang.
" Assalamualaikum.."