Dank Je, Holland!

A. Anggiany
Chapter #1

PROLOG

Bagiku, Eropa sebelumnya hanyalah sebuah gambar benua berukuran kurang lebih tiga centimeter di peta dunia dalam salah satu halaman buku RPUL: Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap, saat aku SMP. Aku masih ingat, di sana tertulis bahwa benua Eropa berbatasan dengan Samudra Arktik di sebelah Utara, bertemu langsung dengan Laut Tengah dan Laut Hitam di selatan, bertautan dengan Asia di bagian Timur, sedangkan sebelah Barat-nya dibatasi oleh Samudra Atlantik. Aku juga sempat mempelajari sejarah beberapa negara Eropa, ya seperti murid sekolahan pada umumnya.

Tapi aku nggak pernah menyangka punya kesempatan menginjakkan kaki di sana. Terlalu jauh dari angan-anganku, bahkan yang paling liar sekalipun. Pertama, keluargaku bukan orang kaya. Kedua, aku bukan anak yang pintar-pintar amat sampai dapat beasiswa keluar negeri. Beneran deh! Aku pernah coba, beberapa kali. Waktu kuliah pun aku coba daftar macam-macam beasiswa: dalam negeri, luar negeri, pemerintah atau swasta. Tapi memang bukan di situ peruntunganku.

Sampai akhirnya menjelang lulus kuliah, aku menemukan jalan lain menuju Eropa. Jalan ini membawaku ke Negeri Kincir Angin, membuatku bisa melihat banyak hal baru, berkunjung ke negeri-negeri yang berbeda di Eropa.

Beberapa tahun setelah kepulanganku, aku nggak pernah memikirkan dalam-dalam tentang pengalamanku selama setahun di sana, selain soal traveling-nya yang sooo fun to remember. Tapi sekarang, setelah sepuluh tahun berlalu, aku mulai mengingat-ingat dan merenungkan kembali perjalananku itu. Aku mulai sadar bahwa Belanda telah banyak mengubahku, membentuk “aku yang sekarang”. Belanda telah mengajariku pelajaran hidup, tentang bagaimana rasanya merindu, mencintai, lalu patah hati. Mengerti bahwa hidup nggak cuma hitam dan putih, benar atau salah dan, bahwa ketidakpastian adalah keniscayaan hidup. Kita bisa saja menangisi keadaan, atau memilih bahagia dengan kenyataan yang ada.

Karena itu, aku ingin menulis perasaanku saat itu, membangkitkan sebagian kenangan, yang membentukku sekarang. Inilah cerita antara aku dan Holland.

Lihat selengkapnya