DANTE

Dewanto Amin Sadono
Chapter #10

Bagian 10

Jagad mematikan telepon, lalu menari-nari. Gerakannya sembarangan; campuran antara tari Jawa, Sunda, dan Bali. Sambil terus menari Jagad menuju kamar Yohana. Kakaknya tampak memejamkan mata, tapi Jagad tidak peduli.

Seperti biasa Jagad duduk di dekat Yohana, memijit-mijit kaki kakaknya lalu mulai bercerita, kali ini tentang para raksasa. Jagad tersenyum aneh. Sementara sorot matanya tampak berbinar-binar. Jagad ingin  menghayati cerita yang akan dikisahkannya. Intonasinya harus sangat menarik; menyesuaikan isi cerita. Ekspresi wajahnya harus berganti-ganti: marah, sedih, dan gembira.

“Suatu ketika bangsa raksasa dibuat gempar oleh peristiwa yang sangat misterius. Banyak raksasa yang tiba-tiba mati tanpa diketahui penyebabnya.”

Para raksasa bergelimpangan di mana-mana. Di rumah, di jalan, di kantor. Untuk mengatasi masalah yang membingungkan itu, Raja Raksasa lalu memanggil seorang peramal dari bangsa manusia yang terkenal pandai dan bijaksana.

“Apa yang harus kami lakukan agar bencana ini berakhir, wahai Peramal?” Jagad menirukan suara Raja Raksasa yang besar dan ngebas. Wajahnya terlihat memelas.

“Tidak ada yang Mulia!” Jagad ganti menirukan suara si peramal; kecil dan cempreng. Raut wajah Jagad terlihat tak peduli. “Itu kutukan buat para raksasa yang suka memakan manusia.”  

Jagad mengerutkan kening. Berlagak bingung. “Lalu, kapan kutukan itu bakal berakhir?”

"Nanti, Paduka. Tak lama lagi.” Jagad tersenyum misterius. “Berbarengan dengan ajal menjemput Paduka …!”

 Jagad terus mendongeng; Yohana tidur, tapi tidak tidur. Yohana merasa sedang duduk di tempat sepi sambil memegang remote control. Ia suka berselancar, berpindah-pindah saluran. Kadang ia menonton sebuah acara sampai layarnya dipenuhi bintik-bintik hitam-putih mirip ribuan semut. Kali lain ia mengamatinya sebentar sebelum akhirnya mengganti channel atau memencet tombol off. 

Lihat selengkapnya