Dinginnya angin malam menusuk tulang seorang gadis berusia 22 tahun yang sedang membaca buku di teras rumahnya yang sudah tersedia kursi di sana. Ketika sedang asik membaca, telinganya mendengar sesuatu yang aneh. Sebuah bisikan yang seperti seorang wanita meminta tolong. Awalnya suara itu dekat, lama-lama semakin menjauh.
"Dila.. tolong.. hiks.."
Suara disertai isakan itu terdengar jelas seperti memang berbisik dekat di telinga kanan gadis itu. Kedua mata gadis yang dipanggil Dila tadi langsung menatap lurus ke depan, Ia tidak mau langsung menatap ke sumber suara. Biasanya mereka akan mengecoh saja dan mewujudkan dirinya di depan, namun ini tidak.
"Suara siapa itu? Sepertinya aku mengenal suara ini, tapi siapa?" Tiba-tiba suara itu menyahut, hingga membuat Dila merasa terkejut.
“Dila, tolong aku…” suara serak itu begitu pilu jika didengarkan. Ditambah suara tangisan yang amat mendalam.
“Hiks…. Hiks… Hikss.. tolong..”
Fadila langsung menoleh ke arah pagar rumahnya yang di sela-selanya memang bolong tanpa ditutup oleh apapun.
“Aku seperti mengenal suara ini, tapi siapa?” Fadila berjalan mendekati pagar rumahnya dan terkejut dengan apa yang dilihatnya sekarang.
“Astaga!!”
Bagaimana tidak terkejut? Dila melihat seorang wanita paruh baya dengan rambut hitam lurus yang agak sedikit berantakan, baju yang sebenarnya bukan seperti baju, melainkan kain polos berwarna abu-abu yang hanya diikatkan ke badannya hingga menjuntai ke belakang. Kain itu berlumuran cairan merah pekat yang baunya sangat anyir. Dila tahu kalau sosok di depannya ini jelas tetangganya yang sakit itu. Tapi Dila tidak tahu penyebab sakit tetangganya itu apa.
"Kau... kau kenapa?" Dila menutup hidungnya karena bau anyir itu sangat menyengat. Tapi Dila masih berpikir positif.
"Dila, ayo ikut aku.." sosok itu memegang pergelangan tangan Dila dengan tatapan mata yang penuh air mata yang menggenang.
"Kemana?"
"Ikut saja!"
Dila mengikuti wanita paruh baya seusia Ibunya itu mengajaknya pergi berlari melewati pepohonan yang rindang dan melewati jalan setapak. Mereka berjalan seperti tiada habisnya karena tak kunjung menemukan tujuannya. Dengan langkah cepat, tiba-tiba saja mereka sampai di sebuah rumah disertai cahaya remang-remang. Sosok itu menunjuk ke arah rumah itu tanpa bicara.
"Di sana..."
Dila melihat ke dalam rumah tersebut. Bau anyir semakin menyengat ke hidungnya. Ia selalu menutupi hidungnya. Ia terkejut ketika melihat suatu proses yang membuat kedua matanya meloyot tak percaya. Dila berusaha menutupi mulutnya dengan telapak tangannya ketika melihat proses itu. Proses yang menutut Dila memang tidak diperbolehkan dalam hal medis. Dila menahan diri supaya tidak berteriak ketika melihat itu.
"Hah?"
"Aborsi?"
Dila langsung melirik ke arah sosok yang membawanya tadi menjadi sosok yang lebih mengerikan dari yang pertama kali dia lihat. Rambut yang tadinya berantakan, ini lebih berantakan lagi. Wajahnya pucat pasi, badannya kurus kering seperti tinggal tulang namun bagian perutnya sedikit besar. Bajunya penuh dengan noda darah dari bagian perut sampai ke bawah. Benar-benar anyir dan semerbak baunya menusuk hidung Dila.