Nun jauh di Dunia Kolimoi, dunia antara dunia manusia dan kahyangan, terdapat sebuah kerajaan bernama Sokonihan. Pimpinannya adalah Oling, lelaki terhormat yang dikagumi kawan maupun lawan. Ia memiliki adik perempuan bernama Pongota, gadis menggemaskan yang membuat siapapun yang melihatnya lekas merasa sayang padanya.
Oling tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk kepada adiknya. Ia bahkan tidak ingin adiknya itu diganggu oleh sinar matahari yang terik. Maka, Oling pun mengorbankan burung hantu atau buok peliharaannya. Kulitnya diserahkan kepada Pongota untuk dijadikan jubah pelindung bagi Pongota. Pongota dengan senang hati menerimanya dan setelah menggunakan jubah itu, si gadis berubah menjadi buok. Tentunya, seekor buok yang cantik dan menawan. Coklat pekat bulunya. Bundar dan berbinar matanya. Demi keselamatan adiknya, Oling kemudian menyimpan adiknya di belanga, tempayan.
Pada suatu malam, adiknya keluar dari tempayan. Oling tengah membuat jala saat itu. Jalanya sangat besar, cukup untuk menjerat ikan-ikan yang bisa menjadi santapan satu kampung. Sebab itu, ia mengerjakannya berbulan-bulan. Ia mengerjakannya tanpa tidur dan makan. Tak boleh pula ada yang mengganggu. Tapi ketika disadarinya bahwa adiknya telah keluar dari belanga, maka Oling menghentikan pekerjaannya. Ia sambangi adiknya dan sama sekali tidak marah. Ia bahkan tidak menyuruh Pongota kembali ke belanga.
Kepada abangnya, Pongota berkata, “Aku hanya bosan Okai. Sungguh itu menggerogoti jiwaku.”
Oling menjawab, “Baiklah, silakan berjalan-jalan. Tetapi jangan jauh-jauh ari-ku, adikku. Nanti tersesat.”
Pongota sangat girang. “Tidak Okai. Aku hanya mau cari makanan di dekat-dekat saja.”
Tetapi, perjalanan Pongota ternyata begitu jauh. Malam begitu gelap hingga binar mata buok Pongota tidak terganggu oleh sedikit pun cahaya. Awalnya, ia menyusuri pinggir sungai besar, lalu masuk ke pinggir anak sungai, melintasi luasnya hutan, dan akhirnya tiba di kerajaan lain bernama Balash Bulow atau Pengendian. Di atap rumah kerajaan yang terbuat dari emas, hingga orang-orang menyebutnya Salik Landai Bulow, Pongota si Buok bertengger. Ia bersenandung dengan syahdu, tenang bintang yang tidak berkenan hadir, tentang gelap yang terlalu satir.
Di Balash Bulow, tinggal seorang pemuda. Sengalang namanya. Dialah pimpinan kerajaan. Siapapun tahu dirinya adalah lelaki berwibawa yang disegani keberaniannya, pengetahuannya, dan kasih sayangnya pada siapa saja.
Nyanyian buok terdengar begitu merdu, hingga Salik Landai Bulow bergoncang. Sengalang yang sedang hendak terlelap, menjadi terusik. Ia bangkit dari dipan, lantas mencari-cari apa sebab rumahnya yang kokoh menjadi bergoncang sedemikian rupa. Terdengar olehnya suara merdu yang berasal dari atap. Sengalang kemudian keluar dari rumah, dan menemukan ada seekor buok cantik sedang hinggap.