Usaha Santo dan Yayasan W untuk melakukan audiensi dengan pemerintah kabupaten terkait persoalan perusahaan sawit belum juga digubris. Padahal sudah hampir setahun sejak seminar hasil ekspedisi dipaparkan. Surat-surat selalu tak terjawab. Kesabaran Santo menemui titik jenuh dan kekhawatiran menaungi hari-harinya. Tidak ada alasan baginya untuk tidak cemas bahwa pemerintah mengabaikan niatnya, dan yang paling ia khawatirkan, ada tindakan pemerintah kabupaten atau perusahaan yang diam-diam menusuk, dan ia tidak sempat menduganya.
Yang dapat Santo lakukan hanya bolak-balik ke Yayasan W, berdiskusi panjang lebar tentang strategi apa lagi yang bisa diperbuat. Ini pun masih berkutat pada rencana dan wacana. Mempertahankan hutan di negara ini sudah nyaris sama rumitnya dengan usaha seekor ikan untuk menjadi hewan darat.
Suatu ketika Santo pulang ke Sakai. Tidak ada alasan khusus. Hanya mengobati kerinduan pada tanah kelahiran.
Ia tiba di Kota Pinoh siang hari. Tidak ada lagi speedboat ke Kemangai. Perjalanan ke Sakai harus menunggu esok. Santo akan menginap di rumah keluarganya dulu di Pinoh, tetapi ia memutuskan untuk bersantai sejenak di warung kopi di dekat terminal.
“Selamat sore, Pak Santo.”
Belum sepuluh menit Santo duduk saat ia disapa oleh suara berat. Santo menoleh, dan mendapati beberapa orang bertubuh tegap di belakangnya. Salah seorang dari mereka menunjukkan tanda pengenal sebagai seorang aparat.
“Pak Santo, sedang sendiri, Pak? Boleh kami duduk di sini?” tanya si aparat yang menyapa Santo sebelumnya.
Santo tidak bertanya, tidak berdebat. Ia juga tidak ingin menerka-nerka bagaimana mereka dapat menemukannya. Pastilah sejak ia turun dari Pontianak, gerak-geriknya sudah dipantau. Zaman sekarang, tidak sulit untuk melacak keberadaan seseorang.
Siapa mereka ini? ia juga merasa tidak perlu bertanya. Ia sangat yakin bahwa siapapun mereka yang kini duduk berhadapan dengannya, menyambanginya untuk urusan soal sawit. Satu-satunya yang membuat otaknya bekerja adalah, ia mencoba menghitung berapa orang yang mengitarinya. Tidak kurang dari lima orang.
“Baru tiba di Pinoh, Pak?”