Seandainya Santo adalah orang yang tidak tahu perkara sama sekali, mungkin ia akan terhanyut oleh bujuk rayu dan nyanyian indah Roland. Ia membalas, “Kepentingan masyarakat? Atau kepentingan perusahaan?”
"Kepentingan masyarakat, Pak. Bapak sudah tahu tentang fungsi investasi, kan?”
"Benar.”
“Kalau begitu, apa lagi benteng yang menghalangi kita?”
“Persoalannya adalah, investasi yang dibuat Bapak justru menyusahkan. Saya sudah ucapkan itu tadi. Saya hargai usaha Bapak membangun aneka bangunan di Kesange. Tapi, pernah Bapak dengar bahwa pendeta pun tidak mau buat misa di gereja perusahaan? Sekarang gereja itu menjadi sarang laba-laba saja. Orang tidak sempat untuk berdoa karena sudah dipengaruhi oleh perusahaan untuk cari duit setiap hari. Untuk sekolah, saya belum lagi mendengar.”
“Jika memang masih ada kekurangan, tentu akan kami perbaiki nantinya. Bapak pikir perusahaan itu dewa !!” Suara Roland meninggi. Bendungan kesabaran telah bobol.
Pendingin ruangan tidak menyentuh sedikitpun panasnya kepala masing-masing mereka. Diam beberapa saat.
Santo kembali bersuara, “Kalau begitu, perbaiki dulu yang sudah ada. Jika sudah baik, silakan datang kembali ke saya. Dan apakah Bapak bisa menjamin, kegiatan perusahaan Bapak tidak merusak semua peninggalan nenek moyang kami? Patung-patung, arca? Tidak mengusir hewan? Tidak mengurangi sedikitpun kebudayaan kami yang telah kami bangun sejak ratusan abad yang lalu?”
"Kita bisa membicarakan itu nanti.”
"Bapak bertanya tentang apa yang menghalangi kita. Itu saya jawab.”
"Pak, masa lalu bukan untuk disembah-sembah. Yang penting adalah masa depan.”
“Kami tidak menyembah nenek moyang. Tetapi yang ditinggalkan nenek moyang kami adalah harta kami juga. Kalau semua orang berpikiran seperti Bapak, Candi Borobudur itu tidak akan pernah ada, sudah diganti dengan pabrik-pabrik.”
“Bukan maksud saya tidak menghargai peninggalan-peninggalan sejarah. Kita bisa meletakkan arca atau patung-patung yang bapak sebutkan tadi ke museum.”
“Ah. Museum. Saya belum bilang bahwa air terjun, hutan, sampai detik ini masih ada karena peninggalan kearifan nenek moyang. Atau perusahaan mau pindahkan juga ke museum?”
“Soal itu, kita bisa mengecualikannya. Tentu Bapak tahu soal AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan: kajian mengenai dampak besar dari suatu kegiatan usaha, terlebih lagi usaha komersial). Perusahaan wajib menyisihkan sepuluh persen lahannya untuk kawasan konservasi.”