DANUM

Abroorza Ahmad Yusra
Chapter #50

Akibat Video Pekerja Anak #50

Kantor Yayasan W tidak ubahnya seperti rumah biasa. Ada teras, halaman, ruang tengah, dan beberapa kamar. Hanya saja, isinya bukan kasur dan sofa, tetapi meja-meja yang di atasnya bertumpuk dokumen, rak yang juga penuh dokumen, dan sebuah meja besar di ruang tengah yang dipergunakan bila ada rapat. Para staf lebih sering bertugas di lapangan ketimbang berada di kantor. Sebab itu, suasana harian kantor lebih sering lenggang dari pada hiruk pikuk.

Di bagian belakang, pada halaman yang cukup luas, dibangun sebuah pondok untuk bersantai. Suatu siang yang cerah, Santo, Jim Hendrix, dan Karno bersepakat untuk mengadakan rapat kecil. Di pondok itulah agenda tersebut dilaksanakan. Selain mereka bertiga, turut hadir Daeng, wartawan lepas yang sudah tenar atas pengabdian dirinya untuk menulis perkara-perkara lingkungan.

Sebelum rapat, mereka melakukan ritual khusus, pemanasan untuk segala keseriusan; gaplek. Kartu dilempar, permainan dimulai. Gorengan dilahap. Es teh dan kopi diseruput. Di akhir tiap babak, mereka saling mencaci siapapun yang berakhir menjadi pecundang.

Usia mereka, bolehlah sudah setengah dari jatah hidup, tetapi kesenangan-kesenangan sederhana seperti ini kerap memberi arti atas segudang persoalan. Barangkali, itu yang menjadikan mereka tetap bertahan dalam belenggu tanggung jawab atas cita-cita “keadilan sosial bagi manusia, lingkungan, dan makhluk hidup lainnya”. Sebuah cita-cita yang tidak ringan bahkan cenderung utopis.

Santo mengandalkan Yayasan W untuk menyikapi video pekerja anak di kebun sawit di Kesange hasil rekaman tak sengaja Rupung. Yayasan W mengandalkan Daeng. Berita lantas dilepas. Dalam waktu seminggu, kehebohan melanda penggiat konservasi, tenaga kerja, sosial, dan pasti, PT. S. Maksud rapat kali ini ialah bagaimana menyikapi kehebohan tersebut. Apa ada yang perlu digembar-gemborkan lagi, atau adem-adem saja dulu di balik layar.

Sejam sudah gaplek bolak-balik dikocok, dihempas di lantai, dan dikocok lagi. Habis permainan, kartu disingkirkan. Daeng mengawali keseriusan rapat dengan melaporkan perkembangan imbas video “Para Pekerja Anak Kebun Sawit di Kesange” –begitu judul yang diberikan Daeng.

PT. S sedang dihujani macam-macam tuntutan oleh aktivis lingkungan dan hak asasi manusia. Lembaga urusan perlindungan anak bersuara nyaring, mengharapkan perusahaan menghentikan segala praktik eksploitasi anak, dan justru seharusnya menyediakan sekolah dan tempat bermain bagi mereka.

Ancaman yang paling langsung yang mengintai urat nadi tenggorokan perusahaan datang dari bank-bank penyokong modal. Semua biaya pinjaman akan dibekukan, semua aset akan dibekukan, jika apa yang diberitakan memang terbukti.

“Mereka babak belur dihunjami komentar dan ancaman. Di tahap ini, tindak lanjut menjadi penting. Perusahaan pasti melawan komentar-komentar terhadap mereka. Kalau kita salah langkah, api yang sudah membara ini bisa mudah dipadamkan,” jelas Daeng.

Lihat selengkapnya