DANUM

Abroorza Ahmad Yusra
Chapter #55

Jelas Masih Panjang #55

Roland dan orang-orangnya pergi meninggalkan warung. Santo dan kawan-kawannya duduk berdiam diri. Masing-masing digerogoti aneka bentuk pikiran. Santo masih bergegar. Tulang hingga sendinya berderak, seolah tubuhnya ditopang oleh jalinan benang yang dihentak secara sembrono. Sekuat mungkin ia meredam kesumat emosinya.

Sejenak Santo melihat pada Jim Hendrix. Jim Hendrix menyisir rambut panjangnya dengan tangan, lalu beranjak ke meja mereka.

“Jelas sudah ini akan menjadi panjang. Besok kita ke Pemprov,” ujar Jim Hendrix pelan, hampir berbisik, diucapkan bukan untuk menjadi solusi, namun lebih untuk menenangkan Santo. Tangannya menepuk bahu Santo. Santo mengangguk.

Jelas ini akan menjadi panjang.

Bukan akhir seperti ini yang diinginkan Santo. Ini bukan klarifikasi, tapi perang urat syaraf. Masing-masing punya persepsi, punya jalan, punya tujuan. Tidak akan ada titik temu. Bersinggungan pun mungkin tidak.

Sebelumnya, Santo, berharap hari ini akan menjadi hari bersejarah. Dinding, meja, bangku, semua benda mati dan semua mereka yang hidup, akan menjadi saksi bahwa antara masyarakat dan perusahaan bisa tercapai kesepakatan damai. Akan ada jalan tengah di antara segudang kepentingan dan keinginan. Klarifikasi tidak mesti berarti menyangkal. Bisa juga mengakui. Jika mereka mengakui, akan ada perembukan. Rembukan dapat memperjelas celah, lubang, borok, koreng, yang menjurangi kedua kubu. Jika sudah jelas, celah bisa diisi dengan harapan bersama, cita-cita bersama, niat yang sama.  

Semestinya, ini menjadi hari bersejarah. Berbagai pihak ada. Ada pihak orang kampung, aktivis, jurnalis, dan perusahaan. Jika ada yang kurang ialah pihak pemerintah. Tapi pada prinsipnya, pemerintah akan senang jika orang-orang yang berkonflik bisa akur.

Lihat selengkapnya