DANUM

Abroorza Ahmad Yusra
Chapter #72

Rumah Besar, Sakai #72

Dari cerita Maria, Nadi tangkap kondisi bahwa setelah kepergian Umang, Benediktus selalu merasa menjadi orang tua yang gagal, manusia tidak berguna, dan tidak ada lagi memiliki tujuan. Benediktus sering mendekam di dalam kamarnya, bangun hanya untuk makan, pun dengan kunyahan yang sangat lambat dan porsinya tidak lebih banyak daripada porsi seorang bocah. Makan untuk ke kamar mandi, ke kamar mandi untuk berdiam diri, keluar dari kamar mandi berdiam diri lagi, dan bila kantuk sedikit saja menyerang, tertidur lagi. Begitu pula istrinya.

Maria bahkan dengan serius mengatakan, “Aku tidak pernah mendengar Benediktus dan istrinya berbincang-bincang seminggu ini.”

Maria tidak berbohong atau mengada-ada. Siapapun yang menyaksikan Benediktus dan istrinya akan mengelus dada. Ia akan menyaksikan sikap berdiam diri yang beku, tidak nafsu makan. Keputusasaan telah menjalari dan membungkus mereka. Keadaan istri Benediktus kadang menjadi lebih parah, hingga harus pingsan dua hingga tiga kali dalam sehari.

Di balik kehidupan Benediktus yang berada di ambang nahas, Nadi juga melihat bahwa orang-orang tidak tinggal diam menyaksikan hal menyedihkan berlarut-larut. Nadi saksikan bahwa Sakai adalah sebuah rumah besar, bila salah seorang anggotanya sakit, maka yang lainnya turun tangan untuk mengobati.

Beberapa warga Sakai memutuskan untuk menginap di rumah Benediktus, memasak sarapan dan makan malam, dan menghibur sepasang laki-bini itu dengan cerita-cerita penyemangat kehidupan. Sesungguhnya Umang tidak meninggal. Hanya tubuh yang tiada. Jiwa dan semangatnya akan abadi, dan sekarang ini menunggu kedua orang tuanya di taman yang penuh bunga dan kupu-kupu.

Nek Ga paling berjasa dalam pemulihan mental Benediktus dan istrinya. Saban hari, kadang di waktu pagi, kadang saat pulang berladang, kadang malam, wanita tua itu berusaha menjadi orang tua bagi keluarga Benediktus. Ia mengusir kegelapan duka di rumah itu dengan ngesah atau nahtum, kadang juga ngolimoi. Suaranya, meski terputus-putus, tidak dipungkiri lagi, memiliki nuansa magis yang bisa mengusir makhluk astral manapun tukang bikin keruh suasana jiwa. Benediktus dan istrinya seolah sedang diobati dari kesurupan. Lantunan-lantunan dari mulut Nek Ga menjadi suling ajaib yang mengenyahkan iblis-iblis kurang kerjaan.

Nadi juga berusaha mengambil peran. Ia tidak ingin kehadirannya hanya bersifat formalitas. Sebab itu, setiap hari ia datang ke rumah Benediktus, mengajak laki-bini itu bercengkrama. Mengisahkan hal-hal lucu meski tidak yakin bahwa cerita yang diceritakan memang lucu. Merelakan laptopnya digunakan Benediktus menonton film-film Hollywood yang disimpan Nadi.

Lihat selengkapnya