DANUM

Abroorza Ahmad Yusra
Chapter #81

Tumbang Pejangei #81

Seminggu kemudian, hilir dicapai. Pertemuan Sungai Miri dan Sungai Kahayan memantulkan warna coklat pucat ke permukaan. Riam-riam berkurang. Sempung mengeluarkan ayamnya dari telatap dan ia beri makan biji-bijian. Setelah ayam itu kenyang, dibiarkannya sang ayam bergerak sesuka hati. Kadang kala, nyaris hewan itu melompat ke sungai.

Ayam itu adalah seekor ayam jantan, didapat Sempung di masa bertualang. Ia dinamakan Si Besi karena pada ekornya terdapat sehelai bulu yang sangat panjang dan berwarna hitam. Bertolak belakang dengan seluruh bulu ayam yang berwarna putih. Namun orang-orang lebih sering menyebutnya Atung Sempung, karena ia milik Sempung.

Sempung  percaya, juga yang lain percaya, ayam itu akan memberi petunjuk di mana mereka harus berhenti.

Di satu lokasi, Atung Sempung berkokok. Nyaring bunyinya. Tanda bahwa lokasi itu akan menjadi tempat pemberhentian pertama, rumah bagi satu keluarga. Maka, turunlah Kajai dan keluarganya. Semua yang masih akan berlayar menyentuhkan tangannya pada tangan Kajai, tanda perpisahan dan ikatan batin yang tidak terpisahkan.

Perjalanan dilanjutkan, dan di hari esok, Atung Sempung berkokok kembali. Turunlah keluarga Piak. Yang tinggal dan yang masih akan pergi kembali saling menyentuhkan tangan. Tepuk tangan dan sorak dikumandangkan mereka yang masih berlayar.

Begitulah, setiap hari, Atung Sempung berkokok memekik, menandakan wilayah baru bagi satu keluarga. Hingga pada hari ke lima, Sempung mendapati mimpi bahwa dirinya dan keluarganya yang mesti menempati lokasi kelima.

Lokasi itu berada di muara Sungai Pajangei. Atung Sempung berkokok tujuh kali. Dengan berat hati Sempung sampaikan bahwa ia tidak bisa menemani hingga akhir. Ia sampaikan mimpinya. Orang-orang tidak ada yang merasa kecewa, justru berbahagia untuk kebahagian Sempung.

Sebelum rombongan yang tersisa berangkat, Sempung serahkan ayam miliknya kepada seseorang, menjadi bekal mereka mendapat petunjuk. “Bila nanti kita bertemu lagi, akan kuambil kembali. Jangan kalian potong ayam ini. Dagingnya tidak enak. Sudah terlalu tua,” pesannya.

Tangan-tangan mereka saling menyentuh.  

Lihat selengkapnya