20 Juli 2023
Sepanjang jalan menuju rumah, aku berharap kejadian tasku dirampas tidak terjadi lagi. Malam ini seperti biasa sendirian. Setelah salat Magrib dan makan malam, aku mencari hiburan menonton televisi. Aku tidak mau menjahit di malam hari, mata ini tidak fokus. Entah perasaan saja, semua acara di televisi tidak ada yang menghibur. Malam ini terasa bosan, sunyi, padahal aku biasa menikmatinya berpuluh tahun.
Aku mengunci pintu dan jendela ruang tamu lalu kembali ke kamar. Tubuh ini memang tidak pernah menua. Namun, pikiran dan hati semakin berkembang seiring usia yang bertambah. Setiap aku becermin, tubuh dan wajah ini mengingatkan diri pada masa lalu waktu suamiku masih ada. Kalau boleh jujur, rasanya menyakitkan. Ketika mulai mencintai seseorang sepenuhnya, tiba-tiba dia pergi meninggalkan dunia ini untuk selamanya, menyakitkan, dan sedihnya berulang.
Sering membenci diriku ketika becermin. Tubuh dan wajah ini senantiasa membawa kenangan tentang Mas Radit. Terbesit setelah menyadari jika tidak pernah menua. Apakah ini kutukan? Semua peristiwa buruk waktu dulu datang bersama diriku di rumah itu.
Masih pukul delapan malam. Masih sore untuk tidur. Kunyalakan radio tape yang kubeli ketika Nirmala umur tiga belas tahun. Tadinya itu buat Nirmala menjelang remaja. Tahun berganti, zaman semakin berubah begitu pula teknologi. Dia membeli alat pemutar musik yang lebih canggih. Radio tape ini tidak dipakai lagi, jadi buatku saja. Kuputar kaset lawas Dian Piesesa yang selalu kubersihkan dari debu, satu-satunya kaset yang kumiliki sejak dulu.
Aku masih seperti yang dulu
Menunggumu sampai akhir hidupku
Kesetiaanku tak luntur, hati pun rela berkorban,
demi keutuhan kau dan aku
Biarkanlah … aku memiliki
Semua cinta yang ada di hatimu
Apa pun kan kuberikan, cinta dan kerinduan,
untukmu dambaan hatiku
Malam ini tak ingin aku sendiri