DARA, Kutukan atau Anugerah.

Rosi Ochiemuh
Chapter #15

Bulan Madu

14 Februari 1979 


Di malam sebelumnya, Mas Radit tiba-tiba mengajakku bicara dalam kamar sesudah makan malam. Katanya sangat penting dan butuh persetujuanku. 

“Begini, Ibu menyuruh kita ke luar kota. Menginap, katanya dia ingin kita bulan madu. Ibu sudah memesan penginapan di kota hujan, kota yang sejuk dan katanya cocok untuk kita merasakan suasana baru,” ucap Mas Radit sangat hati-hati mengatakannya padaku.

“Ibu dan Bi Santi ikut juga, ya, Mas?” tanyaku.

“Tidak ikut. Hanya kita berdua saja, Wita,” sahut Mas Radit dan aku ternganga lalu berpikir sebentar.

“Oh, kita berdua saja? Terus aku dan Mas Radit ngapain di sana?” tanyaku lagi, bingung. Tentu saja resah. Berdua dengan Mas Radit saja selama dua puluh empat jam nantinya.

“Iya, Wita. Di sana ada taman hiburannya. Ada musik band, kamu dan aku tidak akan bosan, kok. Tidak buruk juga saran Ibu,” ujarnya menjelaskan.

“Bagaimana? Kamu menyanggupi permintaan Ibu? Lagipula kamu pasti bosan, lama-lama di rumah terus, kan?” Mas Radit meyakinkan aku yang kebingungan. Aku akhirnya mengangguk. 

Sebenarnya jika bukan permintaan ibu mertua, aku tidak akan mau walau dibujuk Mas Radit. 

Keesokan paginya aku disuruh Mas Radit membereskan baju yang mesti kami bawa. Dia menyiapkan dua koper. Satu punyaku, dan satu miliknya. Mas Radit bilang, koper kami sementara harus terpisah. Jika dimasukan satu tempat, akan membingungkan. Aku pikir hanya semalam saja menginap di sana, rupanya tidak. “Aduh, Wita. Kamu akan bersenang-senang dengan suamimu. Masa semalam saja menginapnya. Ibu pesankan untuk kalian empat malam sudah cukup menurut Ibu,” celotehnya sembari mengelus lenganku. 

Sepertinya aku merasa bahwa itu adalah cara Ibu dari perhatiannya yang dulu. Aku sampai saat ini belum mengalami apa itu malam pertama, kehamilan, dan … Tidak, mungkinkah Ibu menginginkan cucu? Tanpa sadar aku menutup mulut. 

Bi Santi ikut menyiapkan keperluan kami. Dia tidak berhenti menggodaku saat Mas Radit lengah. Benar saja, Ibu dan Bi Santi sebelas dua belas sikapnya mirip sekali. Akhirnya aku dan Mas Radit berpamitan pada Ibu dan Bi Santi. Mereka semringah sambil melambaikan tangan pada kami setelah menaiki mobil. 

Sopir hanya mengantarkan saja katanya. Nanti akan dijemput ke penginapan kembali kalau kami sudah mau pulang. Aku baru pertama kali duduk berdua di dalam mobil bersama Mas Radit. 

Perjalanan dari Bandung menuju Bogor. Sejuk sekali udaranya sampai aku membuka kaca mobil. Pemandangan kota yang sangat bersahaja di sambut pepohonan palem dan damar di pinggir jalan. 

Lihat selengkapnya