08 Agustus, 2023
Pagi ini aku kedatangan tamu, Bu Endah dan suaminya. Kebetulan sekali baju seragam pesanan Idris sudah selesai dikerjakan sesuai catatan dan tempo. Kedatangan Bu Endah dan suaminya sedikit mengejutkan.
Selama ini Bu Endah datang sendiri mengambil gamisnya yang dijahit olehku. Kali ini ada Pak Darma turut bersamanya.
Untung masih ada pisang kepok matang. Mereka kupersilakan duduk di ruang tamu, sementara aku menggoreng pisang dan buat minuman hangat.
“Tidak usah repot-repot Bu Dara,” tolak Bu Endah, “Kami kemari hanya sebentar dan akan pergi lagi ke rumah teman Pak Darma, sekalian karena satu arah,” lanjutnya lagi.
“Bu Endah curang, nih. Waktu saya ke rumah Bu Endah, saya ditahan biar bertamunya lama. Sekarang gantian, ya. Saya menjamu Bu Endah sekalian Pak Darma di rumah saya. Kalau perlu sekalian makan siang bersama di sini,” bujukku pada perempuan paruh baya itu dan suaminya tersenyum.
“Bu Dara benar, Bu. Kita ngobrol dulu sebentar. Bapak juga tidak terburu-buru,” tambah Pak Darma. Bu Endah terkesiap melirik suaminya.
Aku juga sedikit heran pada suaminya. Rasanya sedikit aneh, seolah ingin mengenalku lebih dalam. Namun, aku tadi sudah keburu membujuk Bu Endah.
“Oh, ya sudah kalau begitu,” sahut Bu Endah memandang suaminya.
Sementara itu, aku menggoreng pisang pakai adonan sisa belum lama tadi. Kutambahi lagi tepung goreng pisang siap saji dan menyeduh dua cangkir teh manis hangat dan secangkir kopi hitam manis.
Sebelum itu kuletakkan setoples keripik singkong pedas dan keripik sukun di meja tamu yang kubuat sendiri. Bu Endah terkesiap, dan langsung mencoba camilannya.
“Wah, ini renyah, gurih, rasanya enak. Bikin sendiri atau beli, Bu Dara?” celetuk Bu Endah sembari mengunyah.
“Saya bikin sendiri. Sejak dulu saya suka camilan itu. Lebih enak bikin sendiri,” ucapku sambil menawarkannya pada Pak Darma. Dia pun ikut mencicipi, raut wajahnya tenang mengunyah camilan seakan dia koki yang menilai masakan.
Tujuh menit kemudian setelah aku menggoreng pisang dan membuat minuman hangat, lalu kusajikan ke ruang tamu. Terlihat Bu Endah duduk sendiri di sofa makan keripik, sedangkan Pak Darma tengah berdiri melihat-lihat figura foto-foto keluarga kecilku.
“Silakan dimakan, diminum sajiannya Bu Endah, Pak Darma,” tawarku pada mereka. Bu Endah menanggapi dengan meminum tehnya.
Pak Darma masih berdiri lama di sana seakan terpaku pada sesuatu yang dia lihat. Rupanya dia tengah memandangi bingkai foto kecil yang ada di atas meja di samping mesin jahit.
“Bapak lihat apa?” tanya Bu Endah pada suaminya, dia baru menyadari akan hal itu. Bu Endah beranjak dan mendekat pada suaminya.