12 Agustus, 2023.
Bu Endah sering berkunjung ke rumahku sejak tahu aku kakak suaminya. Hari ini dia mengajakku ke rumahnya. Katanya tidak usah pakai angkutan umum, naik saja mobil kami. Aku merasa tersanjung tapi tidak enak hati walaupun Wawan sekarang hidupnya sudah mapan.
Aku dibujuknya menginap. Namun, aku tidak nyaman jika tidur di rumah orang lain. Mengingat kondisi yang tetap muda. Bagaimana kalau aku sampai terlihat dalam keadaan belia? Meski sudah pakai gamis lebar, pasti ketahuan.
“Maaf ya, Dik Endah, lain kali saja aku menginap. Malam hari aku sering bolak-balik ke belakang terus. Namanya sudah tua,” tolakku secara halus padanya.
“Ya sudah, Mbak. Saya paham. Bagaimana kalau dibelikan pampers buat orang tua, Mbak nggak perlu bolak-balik ke kamar mandi, tinggal ganti,” candanya.
“Ih, aku nggak mau. Kamu saja,” sahutku, dan Endah tertawa.
Perempuan paruh baya yang berkulit putih, meski telah berumur, lengannya masih kencang dan badannya tampak berisi. Endah lebih tinggi dariku.
Endah memperlihatkan album foto keluarganya. Ada foto Wawan masih muda dan foto mereka sebelum menikah. Ternyata Endah perempuan yang cantik dan ceria, lalu foto pernikahan mereka, terlihat Wawan bersanding dengan Endah, orangtua angkatnya dan kedua orangtua Endah.
“Apakah Ibu dan bapakmu masih ada, Dik?” ucapku bertanya.
“Ibuku sudah meninggal dunia waktu Idris masih umur tiga tahun. Terus bapakku meninggal dunia lima tahun lalu karena sakit, Mbak. Sudah sepuh, sakit tua,” jawab Endah, nada bicaranya tenang dan tidak ada emosi. Mungkin Dia sudah ikhlas dengan kepergian kedua orangtuanya.
Foto-foto keluarga adikku terlihat bahagia. Momen bahagia tetap terpancar. Foto awal pernikahan, momen anak mereka satu per satu lahir dari bayi sampai sebesar sekarang.
Berselang itu, terdengar suara memberi salam. Kami melirik bersama, rupanya keponakanku—Idris datang bersama pemuda lain yang pernah kulihat.
“Assalamualaikum, Ibu, Bu Dara,” sapanya sambil menyalami ibunya lanjut kepadaku juga. Disusul teman di sebelahnya, pemuda itu kurasa pernah melihatnya tapi lupa di mana.
“Wa'alaikumussalam,” sahut Endah dan aku bersamaan.
“Eh, ada Agung. Bagaimana kabar kakekmu?” tegur Endah.
Agung … Aku merasa pernah dengar nama itu.
“Kakek masih menjalani pengobatan, Bi. Alhamdulillah sudah mau makan. Aku kemari mau minta kunci toko. Paman minta toko satunya dibuka,” ucap pemuda itu.